Saat ini kita mempunyai prakiraan ekonomi (economic outlook) yang lumayan buruk. Kondisinya cukup runyam, karena harga minyak bumi benar-benar menembus batas psikologis US$ 100 per barrel. Seminggu ini merupakan hari-hari yang menegangkan dan menyusahkan bagi para analis dan pemodal, di mana fundamental ekonomi Indonesia turut mendapat tekanan berat. Akibatnya, kita semua melihat bagaimana APBN direvisi kembali, dengan perubahan asumsi-asumsi. Harga minyak bumi diasumsikan rata-rata mencapai US$ 83 per barrel di tahun 2008. Di saat yang sama, asumsi target penyedotan minyak bumi (lifting) diturunkan menjadi 910.000 barrel per hari, dari tadinya di atas satu juta. Ini dibuat karena kenyataannya penyedotan minyak ya sebanyak itu.
Investasi apa yang lebih baik? Kondisi sulit, pasar susah ditebak...
Saya mengecek berapakah Nilai Aktiva Bersih dari Equity Fund Sequislife. Tanggal 21 Februari 2008 besarnya: Rp 13.497,21. Ini naik 1,84% dari hari sebelumnya, Rp 13.254,56. Perlu dicatat; harga tertinggi sebelum NAB turun adalah Rp 13.686. Ini berarti posisi di tanggal 21 Februari sudah tidak terlalu jauh lagi.
Artinya: di saat semua sedang memikirkan tentang penurunan, kenyataannya Equity Fund mengalami kenaikan. Coba lihat seperti apa indeks Bursa Efek Indonesia, atau disebut juga Jakarta Composite Index (^JKSE). Untuk melihatnya, bisa memakai Yahoo! Finance (http://finance.yahoo.com/q/bc?s=%5EJKSE). Wow, di saat hampir semuanya jatuh, nyatanya indeks ini masih mengalami kenaikan. Lihat pada kecenderungannya, dalam grafik kita bisa melihat bahwa arahnya masih positif. Itulah sebabnya, kita masih mendapatkan NAB yang membaik, betapapun berita-beritanya buruk.
Kenapa bisa begitu? Karena, sifat dan kemampuan mendapatkan laba dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara bersama-sama, semuanya masih mendapatkan untung, walaupun kondisi di luar merugi. Itu memberikan suatu pertanda: betapapun juga, kekuatan lokal harus diperhitungkan. Mungkin saja secara global, kondisinya memburuk, tetapi fundamental negara berbeda dari fundamental perusahaan. Gangguan pada APBN memang berat bagi sejumlah besar pengusaha, namun untuk banyak perusahaan publik, keadaannya tidak seberat atau separah itu. Ambil saja contoh, PT Telkom Tbk. Semua bisa ramai-ramai, tetapi perusahaan ini masih tetap saja untung, bukan?
Tidak ada yang tahu, berapa lama akan menjadi seperti ini. Satu hal yang kita ketahui, bahwa kita perlu mengambil kesempatan ini untuk melindungi masa depan kita. Jangan ragu-ragu untuk berinvestasi, selama kita masih diberi kemampuan lebih. Sukses bagi kita sekalian!
Powered by Qumana