Nampaknya kita dapat menutup tahun 2008 dengan penuh sukacita. Dengan pertumbuhan makro ekonomi yang baik, kemungkinan besar kita mendapatkan pertumbuhan nilai aktiva bersih tidak kurang dari 50%. Contohnya, jika seseorang berinvestasi Rp 10 juta pada tanggal 1 Januari 2007, maka kita dapat memperkirakan bahwa investasinya pada tanggal 31 Desember 2007 telah bernilai lebih dari Rp 15 juta, sebelum dikurangi biaya-biaya, kalau ada. Tentu saja, biaya asuransi yang dikenakan akan tergantung dari tingkat proteksi yang diberikan, tapi itu jauh lebih kecil dengan manfaat yang diterimanya. Secara keseluruhan, akhir tahun 2007 ini nampak menguntungkan. Bagaimana dengan tahun 2008?
Saya baru-baru ini menghadiri sebuah seminar dengan pembicara ahli ekonomi dari Universitas Parahyangan. Ada banyak hal penting yang disampaikan, namun saya ingin membagikan beberapa hal yang mungkin sangat relevan untuk kita perhatikan, sekaligus memberi gambaran tentang keadaan ekonomi di tahun 2008.
Pertama-tama, kita perlu memahami keadaan ekonomi secara global saat ini. Ekonomi dunia telah saling terhubung sedemikian rupa -- berterima kasih kepada jaringan komunikasi global -- sehingga transaksi ekonomi tidak lagi mengenal batas-batas waktu dan jarak. Informasi yang berkaitan pun dapat disebar-luaskan dengan kecepatan yang 50 tahun lalu tidak pernah terbayangkan orang (kecuali para ilmuwan yang mengerjakan proyek-proyek komunikasi). Pertukaran informasi memungkinkan transaksi dan perpindahan uang yang luar biasa cepat, dana-dana dapat berpindah dari satu benua ke benua lain hanya dalam waktu hitungan jam saja.
Pergerakan uang ini tidak dapat diimbangi oleh pergerakan barang, baik ketika barang dihasilkan maupun diperdagangkan. Sebagai gantinya, kini jasa / usaha pelayanan menjadi lebih banyak berperan. Kalau dahulu orang lebih banyak memikirkan "barang apa yang harus diproduksi" sebagai dasar dari usaha, ekonomi baru membahas tentang "nilai tambah apa yang harus diberikan". Demikianlah kita melihat pergerakan dari industri-industri manufaktur menjadi lebih rendah di tahun 2007, sementara industri yang berkecimpung dalam bidang jasa justru melonjak amat tinggi: jasa keuangan / perbankan, jasa telekomunikasi, jasa Tekonogi Informasi, serta berbagai bentuk konsultasi lainnya. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa penghasilan tenaga pemasaran yang tertinggi ada dalam bidang keuangan, asuransi, dan telekomunikasi. Kita pun dapat mengamati: perusahaan-perusahaan apa yang paling hebat memberikan hadiah-hadiah, sementara tetap membukukan keuntungan yang luar biasa? Telekomunikasi dan perbankan!
Bagaimana dengan usaha yang memproduksi barang? Sekarang ini kata kuncinya bukan lagi sekedar "Kualitas", "Harga", "Kecepatan Pengiriman", "Ketersediaan", "Kadaluarsa", atau jargon lain yang banyak diangkat orang 30 tahun lalu, ketika Total Quality Control masih sangat populer. Saat ini yang dicari orang adalah "Nilai Tambah", betapa pun mungkin kualitas produknya tidak amat sangat baik dibandingkan pesaing. Bagi yang suka memperhatikan mainan anak-anak (atau mainan orang dewasa juga?), pasti tahu adanya PlayStation dan XBox. Nah, sekarang PlayStation sudah meluncur versi 3, demikian juga dengan XBox yang menyainginya -- versi mutakhir tampil dengan grafis yang lebih baik, kecepatan prosesor lebih tinggi, memori lebih besar, dan dilengkapi harddisk besar. Siapa yang memenangkan persaingan? Ternyata pemenangnya adalah Nintendo Wii, yang kualitas grafisnya biasa saja, prosesor tidak terlalu hebat, jelas kalah dari PS3 dan XBox. Ada apa gerangan? Wii memberikan nilai tambah yang tidak diberikan peralatan yang lebih canggih itu. Wii membuat orang bisa memainkan game yang 'biasa' seperti tenis, dengan interaktivitas mendekati aslinya. Siapa yang tidak penasaran? Sekarang ini permintaan Wii jauh melampaui penyediaannya. Nintendo kembali menjadi pemenang dalam arena!
Kita melihat tuntutan "Nilai Tambah" ini ada di mana-mana. Di Bandung, sekarang ini bermunculan banyak Distro, berdampingan dengan FO yang sudah lebih dahulu menjamur. Apa istimewanya Distro sehingga diserbu orang walaupun baju yang dijualnya begitu-begitu saja? Distro memberikan nilai tambah dengan mengangkat identitas kelompok pembelinya. Ada Distro untuk pencinta alam, Distro untuk Skaters, Distro untuk Surfers, dan sebagainya. Banyak anak muda yang membuat kategori baru atas identitas mereka, dan Distro memberikan produk-produk dengan ciri khas tertentu. Orang bukan membeli baju, melainkan membeli suatu citra yang diinginkannya. Itulah suatu nilai tambah.
Bagaimana dengan perumahan? Kalau melihat beberapa pengembang real estate papan atas, mereka juga mulai membuat pendekatan lingkungan. Kini orang bukan hanya membeli 'rumah', melainkan ingin membeli 'lingkungan'. Pengembang membuat nilai tambah dengan menyediakan banyak lahan hijau untuk resapan air, menanam banyak pohon besar yang rindang, membuat sistem sanitasi, bahkan tempat pengelolaan sampah yang mutakhir. Penduduk kompleks pun diminta untuk lebih baik mengelola lingkungan, antara lain menjaga pepohonan dan ikut memisah-misahkan sampah -- dan mereka menyukainya. Itu pun adalah nilai tambah, yang masih belum terpikirkan oleh banyak pengembang tradisional yang masih berkutat dengan desain rumah apa yang paling disukai, membangun sebanyak-banyaknya di atas kapling yang ada.
Baiklah, kalau begitu apa nilai tambah yang dapat kita berikan di tahun 2008? Tahun 2008 ditandai dengan tiga hal:
Yang pertama adalah kesadaran orang akan besarnya kesulitan ekonomi yang dapat terjadi. Kenaikan dan penurunan harga minyak dunia memberikan pengertian, bahwa sebenarnya kita ini sangat rapuh. Ekonomi yang semula nampak besar, seperti ekonomi Amerika, ternyata mengandung 'gelembung' yang bisa pecah tanpa terduga, menjadi kasus kredit macet dari subprime mortgage yang efeknya mendatangkan kerugian tidak kurang dari US$ 300 MILYAR. Lebih dari satu juta orang Amerika kehilangan rumahnya karena tidak sanggup membayar cicilan yang lebih mahal daripada kesanggupan financialnya. Di saat yang sama, orang juga mulai menyadari adanya penguasa-penguasa ekonomi dunia, yaitu para individu yang memiliki nilai investasi sedemikian besarnya, sehingga keputusan 1 orang dapat mempengaruhi sebuah negara. Kerja sama dari beberapa orang 'penguasa' dapat membangkitkan dan menjatuhkan pasar sekehendak hati mereka -- dan di sanalah mereka mendapatkan keuntungan yang fantastis. Konon tingginya harga minyak pun adalah suatu rekayasa -- karena kalau dilihat sebenarnya tingkat permintaan dan penyediaan minyak tetap berimbang, tak ada alasan langsung bagi kenaikan harga minyak sampai $100 per barrel.
Di dalam negeri, kita melihat adanya disintegrasi antara ekonomi makro dengan mikro. Antara pasar modal dengan dunia bisnis riil. Secara makro, pemerintah telah menurunkan BI Rate beberapa kali di tahun 2007, terakhir menjadi 8%. Secara makro, penurunan ini membuat naiknya saham, sekali lagi kita melihat kenaikan IHSG (dan tentu saja kenaikan NAB dari unit equity fund kita!). Tapi secara mikro, tidak terjadi peningkatan penyaluran kredit secara signifikan, khususnya kredit usaha. Kenapa? Karena Bank saat ini lebih ketat memanajemen resiko yang harus ditanggungnya. Berusaha di Indonesia mempunyai resiko yang tinggi, pula sukar untuk mempercayai orang. Sekarang ini kredit perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi, itupun dengan jumlah kredit macet yang semakin tinggi. Akibatnya, perbankan masih lebih banyak mengandalkan instrumen seperti SBI untuk menumbuhkan uangnya. Jumlah SBI yang dikeluarkan telah mencapai angka Rp 200 TRILIUN, di mana Pemerintah (BI) berbeban untuk memberi bunga hingga Rp 17 TRILIUN. Ini bukan jumlah yang statis, sebaliknya menjadi semakin tinggi. Bagaimana jika SBI kelak mencapai Rp 1000 TRILIUN?
Kalau ada orang masih berpikir bahwa ekonomi masih tetap sehat-sehat saja, barangkali ia harus segera mempelajari keadaan, agar mengerti bahwa rakyat Indonesia menghadapi kesulitan-kesulitan baru, yang tidak pernah dihadapi orang tua kita sebelumnya. Dengan memahami kesulitan di depan mata di tahun 2008, sebenarnya kita bisa memberikan NILAI TAMBAH dari produk yang kita pasarkan. Kita mampu memberikan pilihan-pilihan yang lebih baik, lebih tepat untuk masyarakat. Orang akan datang mencari kita untuk mendapatkan penjelasan bagaimana harus bersikap dalam keadaan ekonomi saat ini.
Yang kedua adalah kesadaran orang akan masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Ini adalah 'kuda hitam' dalam ekonomi, yang mendadak bisa menyerbu masuk benteng-benteng ekonomi yang semula dianggap aman. Bagi orang Indonesia, hal ini seharusnya disikapi dengan lebih serius, karena dalam kenyataannya Indonesia adalah negara agraris, yang sumber kekayaannya berasal dari hutan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Negara kita bukanlah negara industri, yang sanggup membuat produk berteknologi. Walaupun nampaknya banyak orang berusaha membangun pabrik, tetapi semua itu tumbuh tanpa pemahaman dan perencanaan jangka panjang yang kuat. Otonomi daerah membuat keadaan menjadi semakin parah, karena sekarang para Pemerintah Daerah turut berlomba mendapatkan pemasukan asli daerah -- bukan untuk membangun daerahnya, melainkan tujuan-tujuan jangka pendek dalam ekonomi dan politik. Daerah mana yang secara serius memikirkan rancangan ekonomi? Bahkan Menko Ekuin mengakui bahwa sampai sekarang belum ada perencanaan perekonomian secara menyeluruh bagi Indonesia!
Jadi, sejak Repelita III semuanya keluar jalur. Demi membangun gengsi, banyak orang membuat pabrik yang menghasilkan produk jadi, yang langsung terlihat kemasannya di pasar, kelihatan keren, hebat, membanggakan. Tapi siapa yang membuat pabrik untuk menghasilkan bahan baku? Sedikit sekali. Ditambah lagi adanya campur tangan langsung dari Pemerintah, menciptakan sistem monopoli yang membuat penghasil bahan baku hanya itu-itu saja, dengan kapasitas terbatas. Dalam urusan minyak, misalnya, Pertamina sudah lama memegang monopoli, tapi yang dibelinya adalah kapal-kapal tanker (lantas pengadaannya jadi kasus korupsi), bukan membangun lebih banyak pengilangan. Karena kilang minyak kebanyakan ada di luar negeri, kita terpaksa mengimpor BBM dengan harga internasional, padahal Indonesia sendiri adalah eksportir minyak bumi dengan kualitas tinggi.
Orang sepertinya lupa, bahwa yang banyak adalah tanah dan airnya, yang harusnya dikelola adalah hutan dan ladangnya. Yang terjadi, pemerintah sedemikian sibuk mengurusi pabrik-pabrik tapi mengabaikan pengelolaan hutan, mengabaikan pengelolaan tanah, dan membiarkan laut Indonesia dikuras karena tidak ada cukup dana untuk membiayai penjaga perairan, dengan Angkatan Laut yang kecil dibandingkan luas lautan yang harus dijaga. Sekarang dunia menghadapi ancaman pemanasan global, siapakah yang seharusnya merasa paling terancam? Seharusnya rakyat Indonesia! Karena perubahan iklim membuat pertanian gagal, membuat sumber kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia terganggu. Kalau petani tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, salahkah jika ia kemudian masuk hutan dan mencari sedikit penyambung hidup dengan menebang pohon? Demikianlah kita melihat para perambah hutan di Indonesia menjadi semakin banyak. Pemerintah pun tidak berbuat banyak ketika mereka memasuki areal hutan lindung dan taman nasional untuk membuka ladang bercocok tanam.
Perubahan iklim juga menimbulkan lebih banyak bencana, baik yang dikategorikan sebagai 'bencana alam' maupun 'musibah' yang harus dihadapi orang. Dengan begitu, tingkat resiko hidup orang Indonesia pun menjadi semakin tinggi, baik karena penyakit yang timbul setelah bencana, maupun naiknya kemungkinan orang-orang mengalami kecelakaan. Kita tentu saja berharap ini semua tidak terjadi -- kita bisa lihat bagaimana Sequis Life secara aktif mendukung penyelamatan bumi dari pemanasan global. Tapi, dalam kenyataannya tingkat resiko memang meningkat.
Kita di tahun 2008 dapat memberikan nilai tambah dengan menawarkan proteksi-proteksi yang memiliki tingkat kepastian absolut. Ini adalah produk-produk asuransi tradisional, yang terlindung dari gejolak akibat perubahan alam. Dalam investasi, selalu ada faktor resiko, termasuk resiko gagalnya investasi. Keadaan yang lebih beresiko menuntut orang memanajemen resikonya dengan mengalihkan pada asuransi, di mana asuransi itu sendiri harusnya tidak beresiko terhenti karena keadaan. Jika kita bisa menjelaskannya dengan baik, kita memberikan nilai tambah dalam rasa aman bagi keluarga Nasabah.
Yang ketiga, tahun 2008 adalah tahun terakhir pemerintahan sekarang ini, menjelang Pemilu di tahun 2009. Karena tekanan politik, maka kita bisa melihat bahwa ada usaha-usaha ekstra dari Pemerintah -- di sinilah "rapor" dari partai yang berkuasa dan kinerja Presiden dipertaruhkan. Dalam beberapa ukuran, pertama-tama kita bisa lihat bahwa Pemerintah akan berusaha agar pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target minimal 6,8%. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar juga lapangan kerja baru tersedia. Pemerintah berusaha keras agar jumlah penganggur yang saat ini telah lebih dari 10 juta orang dapat dikurangi secara signifikan.
Untuk itu, Pemerintah juga akan berusaha keras menekan inflasi. Dalam dua tahun terakhir, inflasi kira-kira ada di bawah 7% (tahun 2006 6,6% dan 2007 diperkirakan 6,8%). Target Pemerintah untuk tahun 2008 adalah inflasi 5% plus minus 1% (atau dengan kata lain, antara 4% - 6%). Tingkat inflasi yang rendah berarti stabilnya daya beli uang, sehingga orang terdorong untuk melakukan usaha-usaha baru, atau melakukan ekspansi-ekspansi usaha yang ada. Ini tentu menjadi rapor bagus bagi Pemerintah untuk ditunjukkan pada tahun 2009, di mana orang akan habis-habisan berkampanye. Baru nanti, di tahun 2010, Pemerintahan baru yang harus membereskan sampah-sampah 'pesta demokrasi'.
Apakah keadaan ini bagus bagi semua pihak? Masalahnya, ekonomi bukan melulu soal modal. Ekonomi juga berbicara tentang kepercayaan (trust), dan nampaknya usaha kecil dan menengah masih sukar mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan untuk mendapatkan permodalan yang ia butuhkan. Alhasil, usaha Pemerintah akan lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan yang sudah ada, demikian juga dengan rendahnya suku bunga kredit perbankan akan lebih dahulu dinikmati oleh para pengusaha lama yang sudah mapan dan dipercaya. Banyak dari perusahaan ini telah go public sebagai perusahaan terbuka. Apa artinya?
Kita bisa mengharapkan pertumbuhan pendapatan (earnings) dari para emiten saham yang lebih tinggi di tahun 2008. Dengan kenaikan ini, maka harga saham pun akan menjadi semakin tinggi -- jauh melampaui tingkat suku bunga obligasi. Di sisi lain, obligasi yang berjatuh tempo beberapa saat setelah Pemilu tidak begitu bagus, karena siapa yang tahu apakah pemerintahan baru nanti benar-benar dapat dipercaya? Akibatnya, kita bisa memperkirakan pasar saham menjadi lebih tinggi lagi, demikian pula dengan NAB di akhir tahun 2008. Mungkin saat itu, kenaikan investasinya dibanding awal tahun bisa mencapai 60%! Sebuah prediksi dari USB Investment Research mematok indeks harga saham gabungan (IHSG) melesat ke nilai 3050 dalam 12 bulan ke depan.
Kita bisa memberikan nilai tambah dengan penjelasan yang lebih baik, apalagi jika kita memang menguasai bidang-bidang yang selama ini dipakai masyarakat untuk berinvestasi. Nilai tambah dalam keuangan berkaitan dengan pemahaman kita tentang informasi serta hubungan sebab-akibat di dalam informasi itu. Tentu saja, kita terlebih dahulu harus mampu memilih informasi yang benar dari yang salah, yang akurat dari yang asal terdengar bagus. Tahun 2008 akan menjadi tahun yang mengesankan bagi orang-orang yang mampu memberikan nilai tambah. Sebaliknya, tahun 2008 akan menjadi tahun yang buruk bagi mereka yang hanya bekerja 'ala kadarnya' dan berharap bahwa sebuah produk dapat menjual dirinya sendiri.
Apa nilai tambah yang dapat kita berikan di tahun 2008? Kalau kita hanya berjalan sendiri-sendiri, maka tidak banyak yang bisa dilakukan -- apa yang bisa dilakukan oleh seorang manusia saja? Tetapi bersama-sama, sebagai Tim Pemenang, kita dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, sesuatu yang amat berarti, yang tidak pernah disediakan oleh perusahaan lain, sebagai nilai tambah yang mengubah orang. Saya percaya, hari ini RePro sudah mulai meluncur, Take Off to Infinity.
Tahun 2008, RePro Agency will CHANGE LIVES. That's what we'll do!
Change Lives!
Donny A. Wguna
Powered by Qumana
No comments:
Post a Comment