Saturday, October 20, 2007

Kebutuhan Masa Depan

by Donny A. Wiguna

"Semua orang bisa memilih cara mempersiapkan masa depan -- kalau memang mereka mempersiapkannya." Kata-kata ini semakin sering saya ucapkan. Masalahnya, banyak orang ternyata tidak pernah memikirkannya sama sekali, dan karena itu tidak mempersiapkan apa-apa.

Jangan keliru; bukannya orang tidak mempunyai harapan tentang masa depan. Kita bisa bertanya kepada orang-orang dan mendapat beragam jawaban tentang masa depan apa yang mereka inginkan. Pada intinya orang ingin masa depan yang makmur, sejahtera, sehat, terpandang... semua hal yang baik dan manis dan sedap didengar. Untuk itu orang membuat berbagai macam usaha: meningkatkan pendidikan, membuat usaha, juga membuat asuransi pensiun. Harapannya, dengan memiliki hal-hal seperti gelar, perusahaan, dan sebuah polis asuransi, maka masa depannya terjamin.

Sayangnya, hanya memiliki saja belum tentu menjamin masa depan. Ada orang yang sudah mempunyai beberapa polis asuransi dan ia merasa aman. Apakah ia benar-benar aman? Mari kita lihat.

Ada dua kenyataan tentang finansial. Yang pertama, waktu terus berlalu, demikian juga seluruh proses yang terjadi di dunia. Satu misalnya, minyak bumi semakin habis. Harga bahan bakar naik. Sebagai pengganti, orang memakai minyak nabati untuk diolah menjadi bio-diesel, tapi itu berarti menaikkan harga minyak. Kita tahu sekarang harga CPO sudah naik tinggi, demikian pula harga minyak goreng. Itu terjadi di hari-hari ini, sementara penduduk dunia terus bertambah banyak -- demikian pula kebutuhannya.

Bagaimana dengan 10 tahun yang akan datang? 15 tahun? 20 tahun? Kelangkaan sumberdaya akan membuat kenaikan harga, sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan. Hari ini kita sudah mulai mengalaminya; konon cadangan minyak bumi hanya tersedia untuk 15 tahun ke depan saja.

Yang kedua, kenyataan bahwa nilai mata uang akan menurun dengan berjalannya waktu. Dalam hitungan ekonomi, ada yang disebut Nilai Sekarang (Present Value) dan Nilai Masa Depan (Future Value). Rumus-rumusnya sudah disusun lama oleh para ahli, yang sekarang bisa kita hitung dengan mudah memakai berbagai program komputer. Perhitungannya melibatkan faktor inflasi, yang tidak bisa dihindari -- selalu terjadi setiap tahun, kadang besar dan kadang kecil.

Berapa inflasi yang terjadi? Beberapa tahun yang lalu, inflasi mencapai dua digit, artinya di atas 10% per tahun. Tetapi belakangan ini besaran inflasi menjadi lebih kecil. Tahun 2006, besarnya inflasi adalah 6,6%. Tahun 2007 besar inflasi kemungkinan besar masih di bawah 7%. Inflasi di waktu-waktu sekarang ini tidak besar, karena ekonomi riil di Indonesia masih belum pulih. Orang tidak bisa menaikkan harga jual, karena pasti tidak akan laku -- sekarang saja rasanya susah untuk menjual apa pun!

Tapi siapa yang tahu apa yang terjadi kelak? Harga minyak bumi pada tanggal 19 Okt 2007 menyentuh tingkat harga $90,02 per barrel. Dengan datangnya musim dingin, kelihatannya kita hanya menunggu waktu harga minyak menembus $100 per barrel. Apakah ini berita bagus buat Indonesia yang mengekspor minyak? Ya, sayangnya saat ini minyak yang disedot dari perut bumi sukar mencapai angka 1 juta barrel per hari (dan semakin lama semakin sedikit, semakin habis). Lagipula pemrosesan minyak masih dilakukan di luar negeri; hitungannya membuat Pemerintah harus mensubsidi lebih banyak untuk mempertahankan harga BBM dalam negeri. Seberapa lama Indonesia akan bertahan?

Semua ini terjadi sekarang, bisa kita perhatikan di berita. Pernahkah terpikir seperti apa kebutuhan masa depan, di masa yang jauh? Apakah kita cukup puas dengan mempunyai sedikit tabungan, atau bahkan beberapa polis asuransi dari berbagai perusahaan?

Untuk menghitung kebutuhan yang sesungguhnya, dibutuhkan analisa yang mendalam. Jangan terkecoh dengan angka, karena sifatnya relatif. Misalnya saja, kebutuhan orang hari ini untuk keluarga kelas menengah di kota besar adalah Rp 5 juta per bulan. Dengan perhitungan rata-rata inflasi 8% /tahun, pada saat 15 tahun mendatang kebutuhan per bulan mencapai lebih dari Rp 15 juta per bulan. Hari ini mungkin kita merasa uang Rp 10 juta itu banyak, tetapi di masa depan, uang sebanyak itu tidak cukup untuk hidup sebulan!

Produk seperti Life Jacket sangat bermanfaat sebagai pengungkit (leverage) yang memungkinkan orang mempertahankan tingkat kehidupan yang baik. Tetapi untuk itu sebenarnya dibutuhkan perencanaan yang seksama; bagaimana pun ini adalah masa depan kita sendiri. Yang dibutuhkan bukan hanya tentang menabung, melainkan juga pengaturan arus uang yang baik, pengelolaan aset, serta perencanaan pembiayaan yang memastikan masa depan yang lebih baik.

Apakah Anda merasa membutuhkan advis dalam hal ini? Hubungi para leader di RePro Agency di tempat Anda berada, atau Anda juga bisa menghubungi saya melalui email ke donny.wiguna@gmail.com

Salam sejahtera bagi Anda sekalian!

Donny A. Wiguna, ST, MA.

Saturday, October 13, 2007

Sertifikasi AAJI

Sekarang, profesionalitas para Agen Asuransi harus dibuktikan. Caranya?

Pertama, mari kita kenali bagaimana Pemerintah mengatur usaha perasuransian. Ini bukan sesuatu yang biasa atau sederhana saja, karena sesungguhnya ada produk Undang-Undang yang dibuat -- UU No. 2 Tahun 1992 -- untuk mengatur perasuransian. Kemudian, kita tahu bahwa semua usaha asuransi dikendalikan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), yaitu sebuah badan di dalam Departemen Keuangan.

Perusahaan-perusahaan asuransi terbagi jadi dua: asuransi jiwa dan asuransi umum. Masing-masing kelompok perusahaan membuat asosiasi -- bekerja sama dengan Pemerintah -- yaitu Asosiasi Asuransi Umum Indonesia dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia. Di dalam kelompok ini ada etika kerja yang dibangun, kesepakatan tentang profesionalitas, serta cara-cara yang paling baik bagi masyarakat. Dari sini timbullah standar bagi profesionalitas seorang Agen.

Bagaimana membuktikannya? Ada 3 hal:

Yang pertama, seseorang yang terlibat dalam industri Asuransi Jiwa harus mendapatkan pelatihan/training yang memadai. Tidak boleh hanya dengan modal 'asal tahu' saja orang memberi penjelasan tentang asuransi jiwa, apalagi ditambah dengan kompleksitasnya investasi reksadana! Jadi orang yang memberi penjelasan haruslah orang yang memang punya kemampuan setelah mendapat pelatihan yang cukup.

Di Savingplus, keadaannya menjadi lebih sederhana karena yang terlibat cukup mengundang, sedang yang memberi penjelasan adalah penceramah / presenter, yaitu orang-orang yang memang sudah menguasai asuransi. Jadi tidak ada penjelasan yang dibuat sembarangan oleh orang yang tidak profesional. Seiring dengan berjalannya waktu, para pengundang juga dapat mengikuti RePro Business School yang memberi penjelasan selengkapnya tentang asuransi. Pelatihan diberikan secara komprehensif dan memadai, melengkapi setiap orang yang terlibat dalam Savingplus untuk menjadi Profesional.

Yang kedua, setelah dianggap mendapatkan pelatihan yang cukup, orang itu juga harus mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikat AAJI. Dengan mengikuti ujian -- jangan anggap enteng, sebaliknya ujian ini cukup menyeluruh -- maka dapat dipastikan bahwa orang itu memang layak disebut Profesional.

Saat ini orang-orang yang terlibat di RePro Agency mulai mengikuti sertifikasi; selain itu masih ada sejumlah Agen yang sudah bersertifikat yang bergabung di RePro dan membagikan ilmunya. Kini jumlah pemiliki sertifikat di RePro sudah puluhan; harapannya di akhir tahun 2007 ini semua presenter profesional sudah mengikuti sertifikasi AAJI.

Yang ketiga, setelah mengikuti sertifikasi ada juga pelatihan-pelatihan lanjutan untuk mempertahankan tingkat kemampuan Agen. Sertifikat berlaku selama 2 tahun; selama waktu itu ada sejumlah point pelatihan yang harus dipenuhi. Jadi seseorang tidak bisa 'asal lulus' sertifikasi AAJI, lantas melupakan ilmunya.

RePro bukan saja membangun sistem pemasaran Savingplus yang dapat diikuti umum, tetapi juga mengembangkan RePro Business School untuk terus menerus menemukan cara yang lebih baik untuk melayani -- Blue Ocean Networking. Proses ini tidak berakhir hanya dengan satu paket modul, sebaliknya setiap orang diharapkan untuk terus menerus bertumbuh dalam profesionalisme.

Dengan begitu, sertifikasi AAJI bukan lagi sesuatu yang asing atau menakutkan, sebaliknya justru menenangkan dan memberi kepastian. Kami percaya bahwa ujian hanyalah satu batu pengukur -- lebih dalam lagi adalah sikap dan karakter yang dibentuk, untuk memastikan profesionalitas sebagai bagian dari sifat seseorang.

Pada bulan April 2008, peraturan mengharuskan setiap orang yang diangkat menjadi agen asuransi harus sudah lulus sertifikasi AAJI. Apakah sukar? Tidak. Karena dengan Savingplus, orang tetap dapat mengundang dan mengambil bagian dalam bisnis yang menguntungkan. Tetapi tentunya ada hasil yang lebih besar yang bisa didapat oleh seorang agen yang sudah diakui kualitasnya.

Selamat menjadi Profesional!

Take Off to INFINITY
Donny A. Wiguna