Tuesday, December 18, 2007

Economic Outlook 2008 -- by RePro Agency (c)Donny A. Wiguna

Nampaknya kita dapat menutup tahun 2008 dengan penuh sukacita. Dengan pertumbuhan makro ekonomi yang baik, kemungkinan besar kita mendapatkan pertumbuhan nilai aktiva bersih tidak kurang dari 50%. Contohnya, jika seseorang berinvestasi Rp 10 juta pada tanggal 1 Januari 2007, maka kita dapat memperkirakan bahwa investasinya pada tanggal 31 Desember 2007 telah bernilai lebih dari Rp 15 juta, sebelum dikurangi biaya-biaya, kalau ada. Tentu saja, biaya asuransi yang dikenakan akan tergantung dari tingkat proteksi yang diberikan, tapi itu jauh lebih kecil dengan manfaat yang diterimanya. Secara keseluruhan, akhir tahun 2007 ini nampak menguntungkan. Bagaimana dengan tahun 2008?


Saya baru-baru ini menghadiri sebuah seminar dengan pembicara ahli ekonomi dari Universitas Parahyangan. Ada banyak hal penting yang disampaikan, namun saya ingin membagikan beberapa hal yang mungkin sangat relevan untuk kita perhatikan, sekaligus memberi gambaran tentang keadaan ekonomi di tahun 2008.


Pertama-tama, kita perlu memahami keadaan ekonomi secara global saat ini. Ekonomi dunia telah saling terhubung sedemikian rupa -- berterima kasih kepada jaringan komunikasi global -- sehingga transaksi ekonomi tidak lagi mengenal batas-batas waktu dan jarak. Informasi yang berkaitan pun dapat disebar-luaskan dengan kecepatan yang 50 tahun lalu tidak pernah terbayangkan orang (kecuali para ilmuwan yang mengerjakan proyek-proyek komunikasi). Pertukaran informasi memungkinkan transaksi dan perpindahan uang yang luar biasa cepat, dana-dana dapat berpindah dari satu benua ke benua lain hanya dalam waktu hitungan jam saja.


Pergerakan uang ini tidak dapat diimbangi oleh pergerakan barang, baik ketika barang dihasilkan maupun diperdagangkan. Sebagai gantinya, kini jasa / usaha pelayanan menjadi lebih banyak berperan. Kalau dahulu orang lebih banyak memikirkan "barang apa yang harus diproduksi" sebagai dasar dari usaha, ekonomi baru membahas tentang "nilai tambah apa yang harus diberikan". Demikianlah kita melihat pergerakan dari industri-industri manufaktur menjadi lebih rendah di tahun 2007, sementara industri yang berkecimpung dalam bidang jasa justru melonjak amat tinggi: jasa keuangan / perbankan, jasa telekomunikasi, jasa Tekonogi Informasi, serta berbagai bentuk konsultasi lainnya. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa penghasilan tenaga pemasaran yang tertinggi ada dalam bidang keuangan, asuransi, dan telekomunikasi. Kita pun dapat mengamati: perusahaan-perusahaan apa yang paling hebat memberikan hadiah-hadiah, sementara tetap membukukan keuntungan yang luar biasa? Telekomunikasi dan perbankan!


Bagaimana dengan usaha yang memproduksi barang? Sekarang ini kata kuncinya bukan lagi sekedar "Kualitas", "Harga", "Kecepatan Pengiriman", "Ketersediaan", "Kadaluarsa", atau jargon lain yang banyak diangkat orang 30 tahun lalu, ketika Total Quality Control masih sangat populer. Saat ini yang dicari orang adalah "Nilai Tambah", betapa pun mungkin kualitas produknya tidak amat sangat baik dibandingkan pesaing. Bagi yang suka memperhatikan mainan anak-anak (atau mainan orang dewasa juga?), pasti tahu adanya PlayStation dan XBox. Nah, sekarang PlayStation sudah meluncur versi 3, demikian juga dengan XBox yang menyainginya -- versi mutakhir tampil dengan grafis yang lebih baik, kecepatan prosesor lebih tinggi, memori lebih besar, dan dilengkapi harddisk besar. Siapa  yang memenangkan persaingan? Ternyata pemenangnya adalah Nintendo Wii, yang kualitas grafisnya biasa saja, prosesor tidak terlalu hebat, jelas kalah dari PS3 dan XBox. Ada apa gerangan? Wii memberikan nilai tambah yang tidak diberikan peralatan yang lebih canggih itu. Wii membuat orang bisa memainkan game yang 'biasa' seperti tenis, dengan interaktivitas mendekati aslinya. Siapa yang tidak penasaran? Sekarang ini permintaan Wii jauh melampaui penyediaannya. Nintendo kembali menjadi pemenang dalam arena!


Kita melihat tuntutan "Nilai Tambah" ini ada di mana-mana. Di Bandung, sekarang ini bermunculan banyak Distro, berdampingan dengan FO yang sudah lebih dahulu menjamur. Apa istimewanya Distro sehingga diserbu orang walaupun baju yang dijualnya begitu-begitu saja? Distro memberikan nilai tambah dengan mengangkat identitas kelompok pembelinya. Ada Distro untuk pencinta alam, Distro untuk Skaters, Distro untuk Surfers, dan sebagainya. Banyak anak muda yang membuat kategori baru atas identitas mereka, dan Distro memberikan produk-produk dengan ciri khas tertentu. Orang bukan membeli baju, melainkan membeli suatu citra yang diinginkannya. Itulah suatu nilai tambah.


Bagaimana dengan perumahan? Kalau melihat beberapa pengembang real estate papan atas, mereka juga mulai membuat pendekatan lingkungan. Kini orang bukan hanya membeli 'rumah', melainkan ingin membeli 'lingkungan'. Pengembang membuat nilai tambah dengan menyediakan banyak lahan hijau untuk resapan air, menanam banyak pohon besar yang rindang, membuat sistem sanitasi, bahkan tempat pengelolaan sampah yang mutakhir. Penduduk kompleks pun diminta untuk lebih baik mengelola lingkungan, antara lain menjaga pepohonan dan  ikut memisah-misahkan sampah -- dan mereka menyukainya. Itu pun adalah nilai tambah, yang masih belum terpikirkan oleh banyak pengembang tradisional yang masih berkutat dengan desain rumah apa yang paling disukai, membangun sebanyak-banyaknya di atas  kapling yang ada.


Baiklah, kalau begitu apa nilai tambah yang dapat kita berikan di tahun 2008? Tahun 2008 ditandai dengan tiga hal:


Yang pertama adalah kesadaran orang akan besarnya kesulitan ekonomi yang dapat terjadi. Kenaikan dan penurunan harga minyak dunia memberikan pengertian, bahwa sebenarnya kita ini sangat rapuh. Ekonomi yang semula nampak besar, seperti ekonomi Amerika, ternyata mengandung 'gelembung' yang bisa pecah tanpa terduga, menjadi kasus kredit macet dari subprime mortgage yang efeknya mendatangkan kerugian tidak kurang dari US$ 300 MILYAR. Lebih dari satu juta orang Amerika kehilangan rumahnya karena tidak sanggup membayar cicilan yang lebih mahal daripada kesanggupan financialnya. Di saat yang sama, orang juga mulai menyadari adanya penguasa-penguasa ekonomi dunia, yaitu para individu yang memiliki nilai investasi sedemikian besarnya, sehingga keputusan 1 orang dapat mempengaruhi sebuah negara. Kerja sama dari beberapa orang 'penguasa' dapat membangkitkan dan menjatuhkan pasar sekehendak hati mereka -- dan di sanalah mereka mendapatkan keuntungan yang fantastis. Konon tingginya harga minyak pun adalah suatu rekayasa -- karena kalau dilihat sebenarnya tingkat permintaan dan penyediaan minyak tetap berimbang, tak ada alasan langsung bagi kenaikan harga minyak sampai $100 per barrel.


Di dalam negeri, kita melihat adanya disintegrasi antara ekonomi makro dengan mikro. Antara pasar modal dengan dunia bisnis riil. Secara makro, pemerintah telah menurunkan BI Rate beberapa kali di tahun 2007, terakhir menjadi 8%. Secara makro, penurunan ini membuat naiknya saham, sekali lagi kita melihat kenaikan IHSG (dan tentu saja kenaikan NAB dari unit equity fund kita!). Tapi secara mikro, tidak terjadi peningkatan penyaluran kredit secara signifikan, khususnya kredit usaha. Kenapa? Karena Bank saat ini lebih ketat memanajemen resiko yang harus ditanggungnya. Berusaha di Indonesia mempunyai resiko yang tinggi, pula sukar untuk mempercayai orang. Sekarang ini kredit perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi, itupun dengan jumlah kredit macet yang semakin tinggi. Akibatnya, perbankan masih lebih banyak mengandalkan instrumen seperti SBI untuk menumbuhkan uangnya. Jumlah SBI yang dikeluarkan telah mencapai angka Rp 200 TRILIUN, di mana Pemerintah (BI) berbeban untuk memberi bunga hingga Rp 17 TRILIUN. Ini bukan jumlah yang statis, sebaliknya menjadi semakin tinggi. Bagaimana jika SBI kelak mencapai Rp 1000 TRILIUN?


Kalau ada orang masih berpikir bahwa ekonomi masih tetap sehat-sehat saja, barangkali ia harus segera mempelajari keadaan, agar mengerti bahwa rakyat Indonesia menghadapi kesulitan-kesulitan baru, yang tidak pernah dihadapi orang tua kita sebelumnya. Dengan memahami kesulitan di depan mata di tahun 2008, sebenarnya kita bisa memberikan NILAI TAMBAH dari produk yang kita pasarkan. Kita mampu memberikan pilihan-pilihan yang lebih baik, lebih tepat untuk masyarakat. Orang akan datang mencari kita untuk mendapatkan penjelasan bagaimana harus bersikap dalam keadaan ekonomi saat ini.


Yang kedua adalah kesadaran orang akan masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Ini adalah 'kuda hitam' dalam ekonomi, yang mendadak bisa menyerbu masuk benteng-benteng ekonomi yang semula dianggap aman. Bagi orang Indonesia, hal ini seharusnya disikapi dengan lebih serius, karena dalam kenyataannya Indonesia adalah negara agraris, yang sumber kekayaannya berasal dari hutan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Negara kita bukanlah negara industri, yang sanggup membuat produk berteknologi. Walaupun nampaknya banyak orang berusaha membangun pabrik, tetapi semua itu tumbuh tanpa pemahaman dan perencanaan jangka panjang yang kuat. Otonomi daerah membuat keadaan menjadi semakin parah, karena sekarang para Pemerintah Daerah turut berlomba mendapatkan pemasukan asli daerah -- bukan untuk membangun daerahnya, melainkan tujuan-tujuan jangka pendek dalam ekonomi dan politik. Daerah mana yang secara serius memikirkan rancangan ekonomi? Bahkan Menko Ekuin mengakui bahwa sampai sekarang belum ada perencanaan perekonomian secara menyeluruh bagi Indonesia!


Jadi, sejak Repelita III semuanya keluar jalur. Demi membangun gengsi, banyak orang membuat pabrik yang menghasilkan produk jadi, yang langsung terlihat kemasannya di pasar, kelihatan keren, hebat, membanggakan. Tapi siapa yang membuat pabrik untuk menghasilkan bahan baku? Sedikit sekali. Ditambah lagi adanya campur tangan langsung dari Pemerintah, menciptakan sistem monopoli yang membuat penghasil bahan baku hanya itu-itu saja, dengan kapasitas terbatas. Dalam urusan minyak, misalnya, Pertamina sudah lama memegang monopoli, tapi yang dibelinya adalah kapal-kapal tanker (lantas pengadaannya jadi kasus korupsi), bukan membangun lebih banyak pengilangan. Karena kilang minyak kebanyakan ada di luar negeri, kita terpaksa mengimpor BBM dengan harga internasional, padahal Indonesia sendiri adalah eksportir minyak bumi dengan kualitas tinggi.


Orang sepertinya lupa, bahwa yang banyak adalah tanah dan airnya, yang harusnya dikelola adalah hutan dan ladangnya. Yang terjadi, pemerintah sedemikian sibuk mengurusi pabrik-pabrik tapi mengabaikan pengelolaan hutan, mengabaikan pengelolaan tanah, dan membiarkan laut Indonesia dikuras karena tidak ada cukup dana untuk membiayai penjaga perairan, dengan Angkatan Laut yang kecil dibandingkan luas lautan yang harus dijaga. Sekarang dunia menghadapi ancaman pemanasan global, siapakah yang seharusnya merasa paling terancam? Seharusnya rakyat Indonesia! Karena perubahan iklim membuat pertanian gagal, membuat sumber kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia terganggu. Kalau petani  tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, salahkah jika ia kemudian masuk hutan dan mencari sedikit penyambung hidup dengan menebang pohon? Demikianlah kita melihat para perambah hutan di Indonesia menjadi semakin banyak. Pemerintah pun tidak berbuat banyak ketika mereka memasuki areal hutan lindung dan taman nasional untuk membuka ladang bercocok tanam.


Perubahan iklim juga menimbulkan lebih banyak bencana, baik yang dikategorikan sebagai 'bencana alam' maupun 'musibah' yang harus dihadapi orang. Dengan begitu, tingkat resiko hidup orang Indonesia pun menjadi semakin tinggi, baik karena penyakit yang timbul setelah bencana, maupun naiknya kemungkinan orang-orang mengalami kecelakaan. Kita tentu saja berharap ini semua tidak terjadi -- kita bisa lihat bagaimana Sequis Life secara aktif mendukung penyelamatan bumi dari pemanasan global. Tapi, dalam kenyataannya tingkat resiko memang meningkat.


Kita di tahun 2008 dapat memberikan nilai tambah dengan menawarkan proteksi-proteksi yang memiliki tingkat kepastian absolut. Ini adalah produk-produk asuransi tradisional, yang terlindung dari gejolak akibat perubahan alam. Dalam investasi, selalu ada faktor resiko, termasuk resiko gagalnya investasi. Keadaan yang lebih beresiko menuntut orang memanajemen resikonya dengan mengalihkan pada asuransi, di mana asuransi itu sendiri harusnya tidak beresiko terhenti karena keadaan. Jika kita bisa menjelaskannya dengan baik, kita memberikan nilai tambah dalam rasa aman bagi keluarga Nasabah.


Yang ketiga, tahun 2008 adalah tahun terakhir pemerintahan sekarang ini, menjelang Pemilu di tahun 2009. Karena tekanan politik, maka kita bisa melihat bahwa ada usaha-usaha ekstra dari Pemerintah -- di sinilah "rapor" dari partai yang berkuasa dan kinerja Presiden dipertaruhkan. Dalam beberapa ukuran, pertama-tama kita bisa lihat bahwa Pemerintah akan berusaha agar pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target minimal 6,8%. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar juga lapangan kerja baru tersedia. Pemerintah berusaha keras agar jumlah penganggur yang saat ini telah lebih dari 10 juta orang dapat dikurangi secara signifikan.


Untuk itu, Pemerintah juga akan berusaha keras menekan inflasi. Dalam dua tahun terakhir, inflasi kira-kira ada di bawah 7% (tahun 2006 6,6% dan 2007 diperkirakan 6,8%). Target Pemerintah untuk tahun 2008 adalah inflasi 5% plus minus 1% (atau dengan kata lain, antara 4% - 6%). Tingkat inflasi yang rendah berarti stabilnya daya beli uang, sehingga orang terdorong untuk melakukan usaha-usaha baru, atau melakukan ekspansi-ekspansi usaha yang ada. Ini tentu menjadi rapor bagus bagi Pemerintah untuk ditunjukkan pada tahun 2009, di mana orang akan habis-habisan berkampanye. Baru nanti, di tahun 2010, Pemerintahan baru yang harus membereskan sampah-sampah 'pesta demokrasi'.


Apakah keadaan ini bagus bagi semua pihak? Masalahnya, ekonomi bukan melulu soal modal. Ekonomi juga berbicara tentang kepercayaan (trust), dan nampaknya usaha kecil dan menengah masih sukar mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan untuk mendapatkan permodalan yang ia butuhkan. Alhasil, usaha Pemerintah akan lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan yang sudah ada, demikian juga dengan rendahnya suku bunga kredit perbankan akan lebih dahulu dinikmati oleh para pengusaha lama yang sudah mapan dan dipercaya. Banyak dari perusahaan ini telah go public sebagai perusahaan terbuka. Apa artinya?


Kita bisa mengharapkan pertumbuhan pendapatan (earnings) dari para emiten saham yang lebih tinggi di tahun 2008. Dengan kenaikan ini, maka harga saham pun akan menjadi semakin tinggi -- jauh melampaui tingkat suku bunga obligasi. Di sisi lain, obligasi yang berjatuh tempo beberapa saat setelah Pemilu tidak begitu bagus, karena siapa yang tahu apakah pemerintahan baru nanti benar-benar dapat dipercaya? Akibatnya, kita bisa memperkirakan pasar saham menjadi lebih tinggi lagi, demikian pula dengan NAB di akhir tahun 2008. Mungkin saat itu, kenaikan investasinya dibanding awal tahun bisa mencapai 60%! Sebuah prediksi dari USB Investment Research mematok indeks harga saham gabungan (IHSG) melesat ke nilai 3050 dalam 12 bulan ke depan.


Kita bisa memberikan nilai tambah dengan penjelasan yang lebih baik, apalagi jika kita memang menguasai bidang-bidang yang selama ini dipakai masyarakat untuk berinvestasi. Nilai tambah dalam keuangan berkaitan dengan pemahaman kita tentang informasi serta hubungan sebab-akibat di dalam informasi itu. Tentu saja, kita terlebih dahulu harus mampu memilih informasi yang benar dari yang salah, yang akurat dari yang asal terdengar bagus. Tahun 2008 akan menjadi tahun yang mengesankan bagi orang-orang yang mampu memberikan nilai tambah. Sebaliknya, tahun 2008 akan menjadi tahun yang buruk bagi mereka yang hanya bekerja 'ala kadarnya' dan berharap bahwa sebuah produk dapat menjual dirinya sendiri.


Apa nilai tambah yang dapat kita berikan di tahun 2008? Kalau kita hanya berjalan sendiri-sendiri, maka tidak banyak yang bisa dilakukan -- apa yang bisa dilakukan oleh seorang manusia saja? Tetapi bersama-sama, sebagai Tim Pemenang, kita dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, sesuatu yang amat berarti, yang tidak pernah disediakan oleh perusahaan lain, sebagai nilai tambah yang mengubah orang. Saya percaya, hari ini RePro sudah mulai meluncur, Take Off to Infinity.


Tahun 2008, RePro Agency will CHANGE LIVES. That's what we'll do!


Change Lives!


Donny A. Wguna


Powered by Qumana


Tuesday, November 27, 2007

Memahami Reksa Dana (Mutual Fund)

Kita semua sudah mendengar kata ini: 'investasi'. Bahkan di Amerika, lebih dari 80 juta rumah tangga telah melakukan 'investasi'. Apa yang disebut sebagai 'investasi' di sini sebenarnya adalah Mutual Fund, atau dalam bahasa Indonesia disebut Reksa Dana. Sedemikian seringnya disebut, tetapi ternyata banyak orang yang tidak mengerti apa Reksa Dana.

Reksa Dana atau Mutual Fund sebenarnya merupakan suatu bentuk bekerja berpatungan. Kita mungkin sudah pernah melakukannya: agar bisa mendapatkan sesuatu barang yang mahal, kita beramai-ramai mengumpulkan uang untuk membeli barang tersebut. Nanti barangnya dipakai secara bergilir, sehingga semua dapat merasakan manfaat dari barang itu. Masing-masing mendapatkan bagian manfaat yang serupa -- sesuatu yang dianggap sangat berguna -- tanpa harus mengeluarkan dana sendiri sebesar yang dibutuhkan.

Dalam dunia investasi, kita mengenal saham dan obligasi atau surat utang, sebagai sarana berinvestasi. Jika seseorang mempunyai satu atau dua saham saja, ada resiko besar yang harus ditanggung oleh orang itu sendiri. Menurut dogma "jangan menaruh semua telur di dalam satu keranjang", maka semakin banyak saham dan obligasi yang dimiliki, maka tingkat resiko yang ditanggungnya pun akan semakin kecil. Dikatakan bahwa orang itu mempunyai portofolio yang terdiversifikasi. Begitu satu saham jatuh, ada saham lain yang naik. Jadi, bagi orang yang mempunyai permodalan yang besar dan kuat, justru resiko yang harus ditanggungnya menjadi semakin ringan.

Karena itu, untuk benar-benar berinvestasi secara aman dan menguntungkan, orang membutuhkan dana yang amat sangat besar -- berapa banyak orang yang sanggup menyediakan modal raksasa? Ini seperti membutuhkan barang yang sangat bagus, tetapi harganya sangat mahal. Sedikit saja orang yang sanggup membelinya sendiri, sehingga satu-satunya cara adalah berpatungan sehingga terkumpul dana yang cukup besar.

Untuk berinvestasi, tentu saja dibutuhkan seseorang atau satu lembaga yang memahami bagaimana mengelola dana yang besar ini. Demikianlah kita kemudian mengenal adanya Manajer Investasi, atau disebut juga Fund Manager, yang mengelola dana secara profesional untuk mendapatkan hasil optimal (maksimal dalam hasil, minimal dalam resiko). Manajer Investasi mengelola dana yang sedemikian besarnya, sehingga tingkat resikonya menjadi lebih rendah. Dalam Reksa Dana Saham, misalnya, perubahan pada satu atau dua saham tidak akan menjatuhkan keseluruhan Reksa Dana karena selalu ada peningkatan dari saham-saham lain. Biaya transaksi pun menjadi lebih rendah, karena skala ekonomis yang tercapai. Lagipula, dengan banyaknya investor yang terlibat, dana masuk dan keluar dengan cepat -- berarti tingkat likuiditas (uang tunai) yang lebih tinggi. Tidak ada hambatan penalti karena mengambil dana yang belum jatuh tempo seperti di deposito bank.

Bagaimana dana dikumpulkan? Dalam hal ini, Manajer Investasi (MI) tidak dapat bekerja sendiri. MI harus didampingi oleh Bank Kustodian, sebagai pihak yang menerima kumpulan dana dan menyimpan efek-efek yang diperoleh dari transaksi investasi yang dilakukan. Maka, MI dan Bank Kustodian bekerja sama, kemudian MI menerbitkan apa yang disebut "Prospektus" atau penawaran kepada publik. Contoh prospektus Schroders untuk Equity Fund bisa didapatkan di sini: Prospektus SDPP

MI misalnya merencanakan untuk mengumpulkan dana sebesar Rp. 1.000.000.000.000 (Satu Trilyun) dari masyarakat. Jadi ia menawarkan agar orang menyertakan modalnya dalam satuan "unit", sebanyak 1.000.000.000 (Satu Milyar) unit, dengan nilai penyertaan modal sebesar Rp. 1.000 per unit. Masyarakat bisa berinvestasi dengan menyetorkan dana untuk ditukarkan dengan sejumlah unit. Misalnya Bapak A berniat berinvestasi sebesar Rp 1.000.000 (Satu Juta Rupiah) maka, Bapak A akan mendapatkan kurang lebih 1000 unit. Dalam perhitungan sebenarnya ada biaya yang dikenakan, tapi soal biaya kita kesampingkan dahulu agar jangan membingungkan.

Kemana Bapak A menyetorkan investasinya? Ia menyetorkan dana ke bank kustodian, seperti juga semua orang lain yang bergabung. Setiap kali ada dana yang masuk, MI akan memberi perintah transaksi kepada bank kustodian, misalnya untuk dibelikan sejumlah besar saham-saham, dengan nilai yang berbeda-beda. Karena dana yang terkumpul besar, maka portofolio saham yang dibentuk dapat menjadi amat beragam, ratusan saham diperoleh. MI tidak hanya memberi perintah membeli, tapi juga menjual saham, sehingga diperoleh peningkatan nilai.

Disinilah ada perbedaan antara satu MI dengan MI lainnya. Ada MI yang berinvestasi di saham-saham kecil, dengan imbal hasil tinggi dan resiko tinggi. Ada MI yang berinvestasi di saham besar, blue-chip, yang harganya relatif stabil dan mengharapkan pendapatan dari dividen. Setelah melalui jangka waktu tertentu, nilai total saham yang diperoleh akan menjadi semakin tinggi. Dalam jangka panjang, nilai reksadana saham pasti membesar.

Mengapa nilai reksadana saham pasti membesar dalam jangka panjang? Karena saham merupakan penyertaan modal di perusahaan, yang harus memiliki kesehatan ekonomis tertentu. Perusahaan yang masuk bursa harus mampu menunjukkan keuntungan dalam penjualan, agar perbandingan harga saham dengan pendapatannya (PER = Price to Earning Ratio) rendah. Orang akan memburu saham yang PER-nya rendah! Memang tidak mungkin sebuah perusahaan selalu untung -- ada tahun-tahun di mana perusahaan terbaik pun merugi. Namun dalam jangka panjang, keseluruhan dari usaha haruslah meningkat. Perusahaan yang terus menerus merugi akan terlempar keluar dari pasar saham, direstrukturisasi, atau diakuisisi.

Kembali ke ilustrasi di atas, misalnya saja setelah 5 tahun ternyata nilai harta yang dikelola MI tersebut, setelah dihitung oleh bank kustodian, menjadi Rp 6.000.000.000.000 (Enam Trilyun). Karena jumlah unitnya tetap 1 Milyar, maka sekarang nilai per unitnya menjadi Rp. 6.000. Bapak A yang sudah mempunyai 1.000 unit kini memiliki investasi senilai Rp.6 juta, naik enam kali lipat dari investasinya semula. Kalau dihitung dengan rumus bunga majemuk, rata-rata kenaikan per tahunnya kira-kira sebesar 43%.

Dalam prakteknya, tentu ada perhitungan biaya. Dalam Reksa Dana, pada prinsipnya ada 2 macam biaya yang dikenakan:

1. Biaya awal / initial charges / loading cost. Ini adalah biaya pertama yang dibebankan kepada nasabah, setiap kali nasabah membeli unit. Besarnya antara 2% - 5%, jadi misalnya Bapak A berinvestasi Rp 1 juta, yang dibelikan unit sebesar Rp 950.000. Ini menjadi beban Pemegang Unit.

2. Biaya tahunan yang dikenakan atas jasa manajemen yang diberikan, disebut juga management expense ratio (MER). Semakin sulit dan kompleks pengelolaan, semakin tinggi pula MER yang dikenakan. Dalam Reksa Dana, MER seringkali sudah dimasukkan ke dalam perhitungan nilai unit, atau disebut sebagai "Beban Reksa Dana", besarnya ditetapkan dalam prospektus yang disampaikan.

Sekarang, kalau dana sudah terkumpul, ke mana saja MI dapat menjalankan investasinya?

Pada hakekatnya, ada 3 macam instrumen investasi dasar:
1. Saham
2. Obligasi
3. Pasar Uang

Tentang saham, kurang lebih sudah kita bahas di atas. Yang penting untuk diingat: dalam jangka pendek, investasi di reksadana saham paling beresiko; dalam jangka panjang, investasi di reksadana saham paling aman.

Lalu ada lagi yang disebut obligasi / bonds, atau dalam bahasa biasanya: surat utang. Obligasi yang mendominasi pasar saat ini diterbitkan oleh Pemerintah, disebut SUN (Surat Utang Negara), yang dikeluarkan secara berseri. Yang menjadi patokan/benchmark sekarang adalah SUN berbunga tetap 10 tahun seri FR028. Obligasi Pemerintah ini tingkat kepastiannya lebih tinggi, karena didanai Anggaran Belanja Negara. Kecuali Pemerintah mengalami keruntuhan, imbal hasil obligasi negara bersifat sangat aman sehingga disebut risk free.

Obligasi dikeluarkan dengan suatu nilai muka / Face Value tertentu, misalnya saja Rp 1 Milyar, yang memberi bunga secara tetap, misalnya 8%, yang disebut kupon. Jadi setiap tahun penerbit obligasi akan memberikan bunga sebesar 8% dari Rp 1 Milyar, atau Rp 80 juta. Kupon bisa diberikan sekaligus setahun sekali, tapi ada juga yang memberikan per semester, jadi setengah tahun sekali akan memberi bunga Rp 40 juta. Karena itulah, obligasi disebut juga berpendapatan tetap. Setelah tiba jatuh tempo -- misalnya 10 tahun kemudian -- investasinya dikembalikan Rp 1 Milyar.

Dalam prakteknya, orang tidak harus memegang obligasi dari mulai terbit sampai saat jatuh tempo. Orang bisa memperjualbelikan obligasi, dan harganya bisa berubah-ubah. Pengaruhnya begini: ketika orang membutuhkan tempat berinvestasi yang lebih aman, maka obligasi dicari karena sifat obligasi yang pasti. Namun dengan tingginya inflasi, maka nilai bunga yang diberikan secara riil akan menjadi semakin kecil. Kalau banyak yang menginginkan obligasi, maka harga obligasi akan naik. Kalau banyak yang menjual obligasi, maka harga obligasi akan turun.

Ketika harga obligasi dijual lebih tinggi dari Face Value-nya, maka dikatakan obligasi dijual pada tingkat harga premium. Ketika dijual lebih rendah, dikatakan obligasi dijual pada tingkat harga diskon. Di sini kita pun dapat mengetahui imbalan / yield dari obligasi, yaitu besarnya bunga dibandingkan harga obligasi. Misalnya tadi, dengan nilai bunga tetap Rp 80 juta, harga obligasi menjadi Rp 1,2 M, maka yieldnya = 80/1200 = 6,6%. Sebaliknya kalau harga obligasi menjadi Rp 800 juta, maka yieldnya = 80/800 = 10%. Kita lihat, kalau harga naik maka yield akan turun, sebaliknya kalau harga turun yield akan naik.

Reksadana Pendapatan Tetap membeli dan menjual obligasi, di mana efek yang dihitung adalah harga dari obligasi. Karena harganya bisa naik dan turun, maka investasi pada obligasi pun bisa membesar atau mengecil. Karena sifat pastinya itu, maka harga obligasi hampir tidak berfluktuasi dalam jangka pendek, kecuali ketika terjadi masalah dalam negeri. Penyebabnya: pembeli SUN hari ini masih didominasi oleh investor dari luar negeri.

Reksadana Pasar Uang berinvestasi pada pasar uang jangka pendek yang bersifat sangat cair. Karena itu, harga unit pada reksadana Pasar Uang selalu hanya Rp. 1000, sedangkan peningkatan nilai tercermin dengan bertambahnya jumlah unit. Pasar Uang biasanya digunakan berpasangan dengan saham atau obligasi, untuk mempermudah aliran uang yang terjadi ke dalam investasi. Pasar Uang sendiri bersifat jangka pendek (<1 tahun).

Begitulah tentang Reksa Dana, semoga menambah wawasan kita sekalian.

Salam,
Donny A. Wiguna

Friday, November 16, 2007

Retirement Life Plan

Sebutkan satu hal yang paling mungkin menggagalkan rencana keuangan jangka panjang. Apa, coba?

Kebanyakan orang merasa cemas, bahkan ketakutan, uangnya hilang dibawa kabur pengelola. Tapi, ini sebenarnya adalah tentang pengawasan; semakin baik pengawasannya, semakin terjaga pula perusahaannya dari kemungkinan kriminal seperti itu. Dari semua perusahaan investasi yang terbukti menipu, tidak ada satu pun yang di bawah pengawasan Bapepam-LK. Dari semua yang diawasi Bapepam-LK, banyak yang ditutup karena tidak bagus pengelolaannya tapi tidak ada satu pun yang kabur!

Ada yang merasa takut karena hasil investasinya tidak dijamin. Betul, ini adalah pemahaman yang tepat. Memang hasil investasi tidak dijamin, tak ada satu pun yang dapat memastikan berapa persen pertumbuhan (atau penurunan) kinerja investasi besok. Apalagi tahun depan! Namun, kita bisa melihat siapa orang yang mengelola investasi. Seperti apa profesionalisme yang mereka miliki? Seperti apa kemampuan analisa yang tersedia? Memang kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka tidak pernah kalah, tapi kita tahu bahwa dengan profesional, orang bisa lebih sering menang daripada kalah.

Yang orang jarang pikirkan, dan dengan sendirinya jarang merasa cemas, adalah satu hal yang paling sering menggagalkan rencana investasi jangka panjang dari segala produk investasi yang ada. Bukan pemerintah, bukan perusahaan, dan bukan agen-agen... melainkan Sang Investor, itulah dia! Ternyata musuh terbesar rencana investasi adalah si investor itu sendiri!

Mengapa begitu? Ada beberapa hal yang terjadi pada diri investor:

1. Lack of Planning. Sang investor ternyata tidak membuat perencanaan yang jelas dan pasti akan tindakan/ keputusan investasinya. Berinvestasi tanpa rencana yang jelas adalah seperti mengendarai mobil tanpa tujuan; bisa melaju dengan kecepatan tinggi, tapi hanya berputar-putar di tempat, menghabiskan energi dan waktu.

2. Menabung terlalu sedikit. Sang investor hanya bersedia menabung dari uang sisanya, dari "uang untuk dilupakan" yang mungkin merupakan hal receh dalam hidupnya. Bagaimana pun juga, dalam investasi berlaku hukum tabur - tuai: apa yang ditabur seseorang, itu juga yang dituainya. Kalau orang hanya berani menabur hal-hal kecil dan receh, bukankah ia juga tidak dapat berharap lebih dari sesuatu yang kecil dan tidak berarti ketika kelak dibutuhkan?

3. Menarik terlalu cepat. Banyak investor memulai dengan keraguan akan hasil investasi. Mereka mulai dengan mencoba-coba, untuk merasa senang karena ternyata hasilnya melebihi yang diharapkan. Setelah tahu bahwa hasilnya bisa sebesar INI, mereka lalu menambahkan lebih banyak investasi. Baru sebentar saja, begitu melihat hasilnya cukup banyak, mereka terus mengambil semua karena tidak sabar ingin membelanjakan hasil investasi yang menyenangkan.

4. Melupakan perencanaan jangka panjang. Berapa banyak investor yang benar-benar membuat rencana jangka panjang? Berapa banyak yang dengan serius memikirkan rencana pensiun dan warisan untuk dibagikan? Tidak banyak. Yang lebih sering, orang membuat rencana jangka pendek, seperti rencana sekolah anak, rencana membeli kendaraan, atau membeli properti. Lupa bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan jangka panjang yang tidak mungkin diabaikan.

5. Menabung bunga kecil untuk jangka panjang. Ini kebiasaan investor di Indonesia: sementara mereka masih khawatir dengan pilihan investasi, nyatanya mereka menabung di tempat berbunga kecil dalam jangka panjang. Katanya mencari rasa aman! Padahal, bunga kecil tidak membuat suatu tempat investasi jadi lebih aman. Sebaliknya, bunga kecil --lebih kecil dari inflasi-- memastikan adanya resiko kehilangan nilai riil dari investasi. Tabungan harian yang berbunga kecil dengan biaya administrasi yang besar menjamin orang akan mengalami kerugian ketika menabung untuk hari depan.

6. Menabung bunga besar untuk jangka pendek. Ini adalah sifat 'berjudi' yang tersembunyi dibalik para investor, di mana kita sudah tahu: lebih banyak penjudi yang kalah daripada yang menang. Investasi yang fluktuatif tidak dapat diprediksi untuk jangka pendek, akibatnya seringkali mengejutkan. Berapa banyak modal yang lenyap dalam semalam karena aktivitas investasi jangka pendek di instrumen yang fluktuatif? Satu kegagalan dapat berarti rusaknya masa depan, karena kehilangan seluruh modal awal yang ada.

Kesalahan-kesalahan investor bukan hal yang asing, dan kita melihat banyak akibatnya. Dalam hal investasi itu dilakukan bersamaan dengan perlindungan finansial, kegagalan investasi menyebabkan berhentinya perlindungan finansial yang dibutuhkan. Padahal, masa depan tetap akan datang. Pasti akan tiba.

Ada dua hal yang pasti dalam hidup manusia: (1) Manusia pasti menjadi semakin tua, dan (2) jika manusia tidak menjadi makin tua maka ia pasti meninggal.

Apakah untuk hal-hal yang pasti, orang dapat bersandar pada sesuatu yang mempunyai suatu tingkat resiko, betapapun tingkat resiko itu amat amat sangat kecil? Kita semua, yang telah menjadi orang yang produktif, mempunyai suatu nilai ekonomi untuk kita lindungi, karena kita bertanggung jawab untuk mengantisipasi resiko yang dapat terjadi. Hitunglah berapa yang kita pertaruhkan, seandainya nilai ekonomi itu sudah sedemikian besar sedangkan perlindungan yang ada tidak memadai!

Untuk mendapatkan perlindungan yang PASTI, orang membutuhkan asuransi jiwa seumur hidup yang murni, terlepas dari investasi atau tabungan. Sayangnya, kebanyakan asuransi jiwa seumur hidup hanya memberikan kepastian ketika musibah terjadi, ketika kematian datang atau umur terlalu tua. Itu hanya satu sisi kepastian, yaitu pasti meninggal. Bagaimana dengan sisi kepastian lain, yaitu pasti menjadi tua dan masuk masa pensiun?

Di Sequis Life, yang juga dapat diperoleh melalui RePro Agency, ada sebuah produk asuransi jiwa seumur hidup yang memberikan kedua sisi kepastian ini. Jika diperbandingkan, rasanya belum pernah ada produk asuransi yang sedemikian baiknya! Produk ini bernama: Retirement Life Plan, sebuah jaminan perlindungan yang pasti akan hari tua, baik hidup maupun meninggal.

Retirement Life Plan memberikan perlindungan asuransi yang pasti, sama sekali tidak tergantung pada investasi naik atau turun. Masa Pembayaran Preminya dapat dipilih dari 4 pilihan: 5, 10, 15, dan 20 tahun, tergantung usia masuknya. Orang juga memilih kapan mau pensiun: umur 55, 60, atau 65?

Inilah yang terjadi pada saat usia pensiun tiba: Retirement Life Plan memberikan 100% Uang Pertanggungan pada saat masuk usia pensiun. Bukan usia 100 tahun ketika sudah uzur dan tidak lagi dapat menikmati dana yang diterima! Setelah memasuki masa pensiun, perlindungan tetap berjalan sampai usia 100 -- jika meninggal akan menerima 100% UP, demikian pula jika sampai usia 100. Selain UP yang pasti, masih ada bonus: Death Terminal Bonus (jika meninggal setelah tahun polis lebih dari 9) dan Maturity Terminal Bonus (jika tetap hidup sampai usia 100 / akhir kontrak). Tentu saja, namanya bonus tidak dijamin.

Bagaimana jika orang tersebut meninggal sebelum usia pensiun? Jika meninggal sebelum usia pensiun, maka uang pertanggungan yang diberikan adalah 200% UP Dasar. Perhatikan: kebanyakan asuransi benar-benar bermanfaat sebelum usia pensiun, karena saat itu orang masih amat produktif. Jadi, Retirement Life Plan bisa dihitung dengan UP hanya separuh dari yang dibutuhkan! Tentu ini akan mengurangi beban premi yang perlu dibayarkan.

Untuk mendapatkan manfaat terbesar, caranya tidak susah: atur agar ada cukup banyak waktu antara akhir pembayaran premi dengan usia pensiun. Kalau bisa, atur agar selisih waktunya lebih dari 10 tahun. Kepastian yang diberikan produk ini membuatnya menguntungkan nasabah, juga menguntungkan para konsultan keuangan -- kita.

Jadi, tambah lagi satu yang kita tawarkan: Retirement Life Plan

Take Off To Infinity!

Donny A. Wiguna

Tuesday, November 6, 2007

Health Protector Power

Siapa yang tidak ingin sehat terus? Kesehatan sangat penting! Ada banyak hal yang perlu dilakukan untuk memastikan kesehatan Anda tetap prima. Makanlah makanan bergizi, hindari rokok dan alkohol, cukup tidur dan cukup berolah raga. Jangan biarkan pekerjaan membuat Anda berantakan: masalah boleh bikin sakit kepala, tapi jangan sakit hati. Karena sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang stress cenderung mengalami penyakit lebih berat.

Sayangnya, kesulitan yang menekan nampaknya tidak akan berkurang, malah semakin menjadi-jadi. Dengan keadaan seperti hari-hari ini di Jakarta, kelihatannya kemacetan di jalan raya dapat merusak kesehatan manusia dan merugikan sekali -- jumlah kerugiannya diprediksi hingga trilyunan! Ini bukan biaya yang dikeluarkan langsung oleh Pemerintah, melainkan sesuatu yang harus ditanggung oleh masyarakat. Jika Anda tinggal di Jakarta, mungkin Anda sendiri harus menanggungnya.

Jadi, singkat kata, hidup kita semakin beresiko kena penyakit yang mungkin membuat kita terpaksa harus masuk rumah sakit. Kalau hanya dirawat ringan tidak terlalu masalah. Bagaimana kalau harus dioperasi?

Hari ini memang kita sehat. Tetapi siapa yang dapat memastikan bahwa di waktu yang akan datang kesehatan itu tetap terjaga? Masalahnya, biaya kesehatan juga bukannya berkurang, malah bertambah semakin tinggi. Rumah Sakit menjadi semakin modern, peralatan semakin canggih, kamarnya semakin nyaman, dan biayanya meningkat dengan cepat. Sebuah estimasi mengatakan bahwa kenaikan biaya pelayanan kesehatan di Indonesia mencapai 10% per tahun.

Apa artinya jika terjadi kenaikan biaya kesehatan sebesar 10% per tahun?

Begini: coba saja hitung dengan rumus bunga majemuk. Asumsinya: selama 10 tahun, kenaikan biaya kesehatan senantiasa 10% per tahun. Kalau hari ini biaya pembedahan adalah Rp 25 juta, maka 10 tahun lagi pembedahan penyakit yang sama (tentu dengan peralatan yang berbeda canggihnya) berbiaya kira-kira Rp 64 juta.

Itu adalah hitungan yang mengasumsikan kenaikan flat, tetap. Dalam prakteknya, kenaikan tidak tetap begitu rupa, namun biasanya didorong oleh suatu hal seperti investasi baru. Kadang hal itu tidak langsung berhubungan, seperti perubahan interior kamar rumah sakit, di mana renovasinya menghabiskan banyak biaya yang dibebankan kepada pasien. Jadi di tahun itu kenaikannya mungkin lebih dari 10%, di atas rata-rata. Coba hitung berapa biayanya!

Jadi semakin penting artinya orang harus menjaga kesehatan, tapi hanya menjaga saja bisa jadi sumber masalah. Begini: justru karena terbiasa tidak sakit, orang tidak mengantisipasi beban biaya rumah sakit yang timbul. Selama bertahun-tahun orang sehat selalu hanya datang ke RS untuk menjenguk, namun ketika dirinya sendiri harus menjadi pasien, orang terkejut menghadapi biayanya. Banyak yang masih berpikir bahwa biaya rumah sakit itu rendah -- mungkin sesuai dengan apa yang diingatnya, tanpa tahu bahwa sudah ada kenaikan-kenaikan.

Apakah Anda sudah mempunyai Asuransi Kesehatan? Bagus! Itu berarti Anda memang peduli dan berusaha mengantisipasi biaya kesehatan. Hanya, berapa lama dana perlindungan itu efektif untuk mencukupi biaya yang timbul? Kita tahu bahwa yang terbaik adalah membuat antisipasi sejak diri kita sehat, membuat asuransi kesehatan ketika kita berada dalam keadaan prima. Kemudian, jagalah kesehatan sebaik-baiknya -- selama mungkin kita berusaha untuk tidak perlu masuk RS. Tapi nanti, kalau sudah lebih tua dan penyakit tidak bisa dihindari, kita bisa masuk RS dan biayanya ditanggung asuransi kesehatan.

Nah, ternyata ketika hari naas itu tiba, banyak orang terkejut melihat asuransi kesehatan yang sudah dimiliki bertahun-tahun itu ternyata membatasi biaya bedah dan dokter, dan ternyata perlindungan yang ada sama sekali tidak memadai. Bertahun-tahun tidak pernah klaim, tapi begitu dibutuhkan justru pertanggungannya tidak cukup!

Di sinilah keunggulan penawaran dari Health Protector Plus Rider. Kalau ada yang bertanya, "apa sih hebatnya asuransi kesehatan ini dari yang lain?" Sadarilah bahwa hanya rider ini yang memberikan solusi lengkap untuk mengantisipasi masalah kesehatan, paling tidak sampai 10 tahun mendatang. Karena Health Protector Plus memberikan penggantian sesuai tagihan atas biaya pembedahan dan dokter, satu untuk dokter umum dan satu lagi untuk dokter spesialis yang berkunjung sehari sekali. Perlindungan kesehatan ini juga memberikan penggantian bedah pulang hari, sesuai tagihan.

Tentang sesuai tagihan ini, ada yang menunjukkan, bukan sesuatu yang baru. Sebelumnya ada asuransi kesehatan (dari asuransi umum) yang juga memberikan perlindungan sesuai tagihan. Jadi, mungkin Health Protector hebat dibandingkan dengan asuransi jiwa lain, tapi apa hebatnya dibandingkan dengan asuransi kesehatan umum lainnya?

Mari kita lihat: asuransi kesehatan umum berjangka waktu 1 tahun. Setiap tahun harus diperbaharui, dan menjadi semakin sulit ketika usia menjadi semakin tua walaupun tubuh tetap sehat walafiat. Orang mempunyai data statistik tentang berapa banyak orang tua yang menderita penyakit. Karena itu, asuransi kesehatan umum tidak dapat diandalkan untuk memberikan perlindungan jangka panjang, apalagi sampai usia 75 tahun!

Kenyataan bahwa Health Protector Plus Rider disertakan dalam SequislinQ Protector Plus memberikan nilai tambah lain. Sekarang biaya rider diambil dari hasil investasi, di mana tingkat pengembalian investasinya telah terbukti tinggi selama produk ini diluncurkan, jauh lebih tinggi daripada bunga bank. Kalau Anda perhatikan rumus bunga majemuk, tentu Anda mengerti bahwa selisih bunga bukan dihitung secara linear melainkan secara eksponensial, menutupi biaya yang dibutuhkan.

Dalam istilah yang lebih sederhana: dalam jangka panjang, hasil investasinya cukup untuk menutupi semua biaya kesehatan. Di ujung periode tertentu (misalnya 10 tahun), orang dapat mengambil kembali semua dana yang sudah dikeluarkan plus bunganya. Artinya: perlindungan kesehatan menjadi GRATIS selama periode itu!

Saya katakan, itulah Health Protector Power! Tentu saja, paling baik adalah tetap sehat sampai ajal menjelang, tetapi kalau tidak bisa, kita tahu bahwa perlindungan itu tersedia dengan baik sampai tua.

Sukses!
Donny A. Wiguna

Saturday, October 20, 2007

Kebutuhan Masa Depan

by Donny A. Wiguna

"Semua orang bisa memilih cara mempersiapkan masa depan -- kalau memang mereka mempersiapkannya." Kata-kata ini semakin sering saya ucapkan. Masalahnya, banyak orang ternyata tidak pernah memikirkannya sama sekali, dan karena itu tidak mempersiapkan apa-apa.

Jangan keliru; bukannya orang tidak mempunyai harapan tentang masa depan. Kita bisa bertanya kepada orang-orang dan mendapat beragam jawaban tentang masa depan apa yang mereka inginkan. Pada intinya orang ingin masa depan yang makmur, sejahtera, sehat, terpandang... semua hal yang baik dan manis dan sedap didengar. Untuk itu orang membuat berbagai macam usaha: meningkatkan pendidikan, membuat usaha, juga membuat asuransi pensiun. Harapannya, dengan memiliki hal-hal seperti gelar, perusahaan, dan sebuah polis asuransi, maka masa depannya terjamin.

Sayangnya, hanya memiliki saja belum tentu menjamin masa depan. Ada orang yang sudah mempunyai beberapa polis asuransi dan ia merasa aman. Apakah ia benar-benar aman? Mari kita lihat.

Ada dua kenyataan tentang finansial. Yang pertama, waktu terus berlalu, demikian juga seluruh proses yang terjadi di dunia. Satu misalnya, minyak bumi semakin habis. Harga bahan bakar naik. Sebagai pengganti, orang memakai minyak nabati untuk diolah menjadi bio-diesel, tapi itu berarti menaikkan harga minyak. Kita tahu sekarang harga CPO sudah naik tinggi, demikian pula harga minyak goreng. Itu terjadi di hari-hari ini, sementara penduduk dunia terus bertambah banyak -- demikian pula kebutuhannya.

Bagaimana dengan 10 tahun yang akan datang? 15 tahun? 20 tahun? Kelangkaan sumberdaya akan membuat kenaikan harga, sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan. Hari ini kita sudah mulai mengalaminya; konon cadangan minyak bumi hanya tersedia untuk 15 tahun ke depan saja.

Yang kedua, kenyataan bahwa nilai mata uang akan menurun dengan berjalannya waktu. Dalam hitungan ekonomi, ada yang disebut Nilai Sekarang (Present Value) dan Nilai Masa Depan (Future Value). Rumus-rumusnya sudah disusun lama oleh para ahli, yang sekarang bisa kita hitung dengan mudah memakai berbagai program komputer. Perhitungannya melibatkan faktor inflasi, yang tidak bisa dihindari -- selalu terjadi setiap tahun, kadang besar dan kadang kecil.

Berapa inflasi yang terjadi? Beberapa tahun yang lalu, inflasi mencapai dua digit, artinya di atas 10% per tahun. Tetapi belakangan ini besaran inflasi menjadi lebih kecil. Tahun 2006, besarnya inflasi adalah 6,6%. Tahun 2007 besar inflasi kemungkinan besar masih di bawah 7%. Inflasi di waktu-waktu sekarang ini tidak besar, karena ekonomi riil di Indonesia masih belum pulih. Orang tidak bisa menaikkan harga jual, karena pasti tidak akan laku -- sekarang saja rasanya susah untuk menjual apa pun!

Tapi siapa yang tahu apa yang terjadi kelak? Harga minyak bumi pada tanggal 19 Okt 2007 menyentuh tingkat harga $90,02 per barrel. Dengan datangnya musim dingin, kelihatannya kita hanya menunggu waktu harga minyak menembus $100 per barrel. Apakah ini berita bagus buat Indonesia yang mengekspor minyak? Ya, sayangnya saat ini minyak yang disedot dari perut bumi sukar mencapai angka 1 juta barrel per hari (dan semakin lama semakin sedikit, semakin habis). Lagipula pemrosesan minyak masih dilakukan di luar negeri; hitungannya membuat Pemerintah harus mensubsidi lebih banyak untuk mempertahankan harga BBM dalam negeri. Seberapa lama Indonesia akan bertahan?

Semua ini terjadi sekarang, bisa kita perhatikan di berita. Pernahkah terpikir seperti apa kebutuhan masa depan, di masa yang jauh? Apakah kita cukup puas dengan mempunyai sedikit tabungan, atau bahkan beberapa polis asuransi dari berbagai perusahaan?

Untuk menghitung kebutuhan yang sesungguhnya, dibutuhkan analisa yang mendalam. Jangan terkecoh dengan angka, karena sifatnya relatif. Misalnya saja, kebutuhan orang hari ini untuk keluarga kelas menengah di kota besar adalah Rp 5 juta per bulan. Dengan perhitungan rata-rata inflasi 8% /tahun, pada saat 15 tahun mendatang kebutuhan per bulan mencapai lebih dari Rp 15 juta per bulan. Hari ini mungkin kita merasa uang Rp 10 juta itu banyak, tetapi di masa depan, uang sebanyak itu tidak cukup untuk hidup sebulan!

Produk seperti Life Jacket sangat bermanfaat sebagai pengungkit (leverage) yang memungkinkan orang mempertahankan tingkat kehidupan yang baik. Tetapi untuk itu sebenarnya dibutuhkan perencanaan yang seksama; bagaimana pun ini adalah masa depan kita sendiri. Yang dibutuhkan bukan hanya tentang menabung, melainkan juga pengaturan arus uang yang baik, pengelolaan aset, serta perencanaan pembiayaan yang memastikan masa depan yang lebih baik.

Apakah Anda merasa membutuhkan advis dalam hal ini? Hubungi para leader di RePro Agency di tempat Anda berada, atau Anda juga bisa menghubungi saya melalui email ke donny.wiguna@gmail.com

Salam sejahtera bagi Anda sekalian!

Donny A. Wiguna, ST, MA.

Saturday, October 13, 2007

Sertifikasi AAJI

Sekarang, profesionalitas para Agen Asuransi harus dibuktikan. Caranya?

Pertama, mari kita kenali bagaimana Pemerintah mengatur usaha perasuransian. Ini bukan sesuatu yang biasa atau sederhana saja, karena sesungguhnya ada produk Undang-Undang yang dibuat -- UU No. 2 Tahun 1992 -- untuk mengatur perasuransian. Kemudian, kita tahu bahwa semua usaha asuransi dikendalikan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), yaitu sebuah badan di dalam Departemen Keuangan.

Perusahaan-perusahaan asuransi terbagi jadi dua: asuransi jiwa dan asuransi umum. Masing-masing kelompok perusahaan membuat asosiasi -- bekerja sama dengan Pemerintah -- yaitu Asosiasi Asuransi Umum Indonesia dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia. Di dalam kelompok ini ada etika kerja yang dibangun, kesepakatan tentang profesionalitas, serta cara-cara yang paling baik bagi masyarakat. Dari sini timbullah standar bagi profesionalitas seorang Agen.

Bagaimana membuktikannya? Ada 3 hal:

Yang pertama, seseorang yang terlibat dalam industri Asuransi Jiwa harus mendapatkan pelatihan/training yang memadai. Tidak boleh hanya dengan modal 'asal tahu' saja orang memberi penjelasan tentang asuransi jiwa, apalagi ditambah dengan kompleksitasnya investasi reksadana! Jadi orang yang memberi penjelasan haruslah orang yang memang punya kemampuan setelah mendapat pelatihan yang cukup.

Di Savingplus, keadaannya menjadi lebih sederhana karena yang terlibat cukup mengundang, sedang yang memberi penjelasan adalah penceramah / presenter, yaitu orang-orang yang memang sudah menguasai asuransi. Jadi tidak ada penjelasan yang dibuat sembarangan oleh orang yang tidak profesional. Seiring dengan berjalannya waktu, para pengundang juga dapat mengikuti RePro Business School yang memberi penjelasan selengkapnya tentang asuransi. Pelatihan diberikan secara komprehensif dan memadai, melengkapi setiap orang yang terlibat dalam Savingplus untuk menjadi Profesional.

Yang kedua, setelah dianggap mendapatkan pelatihan yang cukup, orang itu juga harus mengikuti ujian untuk mendapatkan sertifikat AAJI. Dengan mengikuti ujian -- jangan anggap enteng, sebaliknya ujian ini cukup menyeluruh -- maka dapat dipastikan bahwa orang itu memang layak disebut Profesional.

Saat ini orang-orang yang terlibat di RePro Agency mulai mengikuti sertifikasi; selain itu masih ada sejumlah Agen yang sudah bersertifikat yang bergabung di RePro dan membagikan ilmunya. Kini jumlah pemiliki sertifikat di RePro sudah puluhan; harapannya di akhir tahun 2007 ini semua presenter profesional sudah mengikuti sertifikasi AAJI.

Yang ketiga, setelah mengikuti sertifikasi ada juga pelatihan-pelatihan lanjutan untuk mempertahankan tingkat kemampuan Agen. Sertifikat berlaku selama 2 tahun; selama waktu itu ada sejumlah point pelatihan yang harus dipenuhi. Jadi seseorang tidak bisa 'asal lulus' sertifikasi AAJI, lantas melupakan ilmunya.

RePro bukan saja membangun sistem pemasaran Savingplus yang dapat diikuti umum, tetapi juga mengembangkan RePro Business School untuk terus menerus menemukan cara yang lebih baik untuk melayani -- Blue Ocean Networking. Proses ini tidak berakhir hanya dengan satu paket modul, sebaliknya setiap orang diharapkan untuk terus menerus bertumbuh dalam profesionalisme.

Dengan begitu, sertifikasi AAJI bukan lagi sesuatu yang asing atau menakutkan, sebaliknya justru menenangkan dan memberi kepastian. Kami percaya bahwa ujian hanyalah satu batu pengukur -- lebih dalam lagi adalah sikap dan karakter yang dibentuk, untuk memastikan profesionalitas sebagai bagian dari sifat seseorang.

Pada bulan April 2008, peraturan mengharuskan setiap orang yang diangkat menjadi agen asuransi harus sudah lulus sertifikasi AAJI. Apakah sukar? Tidak. Karena dengan Savingplus, orang tetap dapat mengundang dan mengambil bagian dalam bisnis yang menguntungkan. Tetapi tentunya ada hasil yang lebih besar yang bisa didapat oleh seorang agen yang sudah diakui kualitasnya.

Selamat menjadi Profesional!

Take Off to INFINITY
Donny A. Wiguna

Saturday, March 24, 2007

Resep Produk Savingplus

Dear All,


Sampai sekarang masih ada beberapa pertanyaan kepada saya tentang bagaimana menyusun SequislinQ Protector Plus (sekarang ini yang lama sudah TIDAK kita pakai), juga beberapa varian lainnya. Ada juga yang bertanya, apakah Life Jacket ini adalah produk baru dari Sequis? Tentu saja tidak, tetapi memang ada perbedaan. Berikut ini adalah resep produk dalam Savingplus, penyusunan yang dilakukan sebagai berikut:



LIFE JACKET BASIC

=================

UP: Rp 100.000.000

Total Premi dibayarkan: Rp 16.000.000 (3,2 jt x5)

Target Premi: Rp 2.500.000

Scheduled TU: Rp 700.000

Masa Pembayaran: 5 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: TIDAK ADA

Penambahan: TIDAK ADA

Pengambilan: TIDAK ADA


LIFE JACKET DELUXE

=================


UP: Rp 100.000.000

Total Premi dibayarkan: Rp 15.000.000 (5 jt x3)


Target Premi: Rp 2.500.000

Scheduled TU: Rp 2.500.000

Masa Pembayaran: 3 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: TIDAK ADA

Penambahan: TIDAK ADA

Pengambilan: TIDAK ADA



LIFE JACKET SUPERIOR

=================


UP: Rp 100.000.000

Total Premi dibayarkan: Rp 15.000.000  (15 jt x1)


Target Premi: Rp 2.500.000

Scheduled TU: Rp 1.700.000

Masa Pembayaran: 3 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: TIDAK ADA

Penambahan: Tahun 1: Rp 10.800.000

Pengambilan: Tahun 1 & 2: Rp. 4.200.000

Note:

Sebenarnya produk SequislinQ Protector Plus (SQPP) tidak bisa sekaligus, minimal 3 kali. Jadi kita mengambil hasil investasi untuk membayar premi tahunan; pengambilan di akhir tahun 1 untuk membayar tahun 2 dan pengambilan di akhir tahun 2 untuk membayar tahun 3.

Jangan lupa untuk mengisi form UTU !!


LIFE JACKET EDUCATE!

=================

UP: Rp 100.000.000

Total Premi dibayarkan: Rp 30.000.000  (6 jt x5)

Target Premi: Rp 2.500.000

Scheduled TU: Rp 700.000

Masa Pembayaran: 5 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: Family Income Dread Disease - Payor sebesar Rp. 6.000.000

Penambahan: Rp 2.800.000 setiap tahun, sepanjang masa pembayaran premi (5 tahun)

Pengambilan: Rp. 80.000.000 pada ulang tahun polis ke-13, lalu diambil lagi pada saat pensiun, sesuai keinginan nasabah.

Note:

Produk ini diatur untuk melindungi ANAK sejak kecil sampai masa pensiun, dengan tujuan memenuhi kebutuhan dana untuk masuk Perguruan Tinggi. Pengaturan atas polisnya dilakukan demikian:

Tertanggung: ANAK (usia 1 bulan - 5 tahun)

Pemegang Polis: ORANG TUA

Polis dibayar TAHUNAN, tetapi setiap pertengahan tahun dilakukan penambahan investasi, dicatatkan sebagai UTU. Family Income DDR ditambahkan untuk melindungi anak dari resiko yang dihadapi orang tuanya, sehingga bila terjadi musibah, tabungan untuk sekolah ini tetap berjalan, bahkan dibayarkan hingga orang tua berusia 65 tahun.


Selain kumpulan produk LIFE JACKET yang berorientasi pada investasi, kami juga menyusun produk THE PROSPEROUS yang berorientasi pada asuransi, dengan memperhitungkan kebutuhan nasabah atas uang pertanggungan, juga memberikan hasil investasi yang cukup besar.


THE PROSPEROUS GOLD

===========================

UP: Rp 750.000.000


Total Premi dibayarkan: Rp 100.000.000  (25 jt x4)


Target Premi: Rp 15.000.000

Scheduled TU: Rp 10.000.000

Masa Pembayaran: 4 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: HPPR Plan A-D, tergantung USIA. Jika usianya di atas 45 tahun, tidak bisa ambil rider kesehatan karena preminya tidak cukup -- kecuali nasabah bersedia menambah target premi.

Penambahan: TIDAK ADA

Pengambilan: TIDAK ADA

Note:

Dengan UP sekian, cukup untuk mengcover asuransi nasabah kelas menengah dengan pengeluaran kira-kira Rp 5 juta / bulan.

Polis yang dibuat MEMBUTUHKAN PEMERIKSAAN MEDIS, jangan lupa dijelaskan kepada Nasabah. Kami menyarankan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang HPPR kepada Nasabah, termasuk biaya-biayanya.



THE PROSPEROUS DOUBLE GOLD

===========================

UP: Rp 750.000.000


Total Premi dibayarkan: Rp 100.000.000  (50 jt x2)


Target Premi: Rp 15.000.000

Scheduled TU: Rp 10.000.000

Masa Pembayaran: 3 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: HPPR Plan A-D, tergantung USIA. Jika usianya di atas 45 tahun, tidak bisa ambil rider kesehatan karena preminya tidak cukup -- kecuali nasabah bersedia menambah target premi.

Penambahan: Tahun 1 & 2: Rp. 25.000.000

Pengambilan: Tahun 2: Rp. 25.000.000

Note:

Pengaturan polisnya demikian: pembayaran awal tahun 1 dan 2 adalah Rp 50 juta, di mana dilakukan UTU sebesar Rp 25 jt. Pada akhir tahun 2, diambil Rp 25 jt untuk membayar premi tahun ke-3.



THE PROSPEROUS PLATINUM

===========================

UP: Rp 750.000.000


Total Premi dibayarkan: Rp 100.000.000  (100 jt x1)


Target Premi: Rp 15.000.000

Scheduled TU: Rp 10.000.000

Masa Pembayaran: 3 tahun

Jenis Investasi: Equity Fund 100% (bisa diatur sesuai keinginan nasabah)

Rider: HPPR Plan A-D, tergantung USIA. Jika usianya di atas 45 tahun, tidak bisa ambil rider kesehatan karena preminya tidak cukup -- kecuali nasabah bersedia menambah target premi.

Penambahan: Tahun 1: Rp. 75.000.000

Pengambilan: Tahun 1 & 2: Rp. 25.000.000

Note:


Pengaturan polisnya demikian: pembayaran sekaligus Rp 100.000.000, termasuk UTU 75 jt. Pengambilan di akhir tahun 1 untuk membayar premi tahun 2, dan pengambilan di akhir tahun 2 untuk membayar premi tahun 3.



CATATAN UNTUK DIPERHATIKAN:

1. Semua pengaturan di atas masih dapat diubah sesuai permintaan Nasabah. PASTIKAN bahwa Nasabah benar-benar telah mengerti apa yang dimintanya.

2. Mintalah seluruh informasi yang sebenarnya dan selengkapnya dari Nasabah untuk dicatat dalam SPAJ. Bagaimanapun juga, bisnis kita masih berada di bidang asuransi, bukan hanya investasi.

3. Berkaitan dengan nomor 2: kita tidak bisa menerima permintaan dari calon nasabah untuk hanya berinvestasi saja. Konsep yang kita ajukan adalah SAVING, PROTECTION, dan BUSINESS -- yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

4. Namun, bila Nasabah SUDAH bergabung dalam program Savingplus, ia dapat membuka New Investor atau Investor Plus untuk aktif berinvestasi bagi dirinya sendiri.

5. Perhatikan ulang tahun polis Nasabah. Buatlah catatan untuk mengingatkannya agar menabung kembali pada waktunya, atau mengambil dari hasil investasi -- harus mengisi dan menandatangani form UTU (terutama polis-polis yang dibayar sekaligus).

Demikianlah, semoga informasi ini bermanfaat.

Take Off To INFINITY !!!









Powered by Qumana


Saturday, March 10, 2007

Asuransi Itu Apa?

Mari kita mulai dengan asuransi. Asuransi itu apa?

Membicarakan asuransi tidak bisa lepas dari pembicaraan tentang RESIKO. Suka atau tidak suka, setiap orang harus menghadapi resiko dalam hidupnya. Yang paling jelas dan pasti adalah resiko kematian: tidak ada seorang pun yang tahu pasti kapan ia akan mati. Kebanyakan dari kita tentu mengharapkan umur panjang dan bisa hidup sampai tua untuk melihat anak dan cucu, namun mungkin juga Bapa memanggil kita pulang di masa kita masih muda. Itu resiko kematian.

Selain resiko kematian, ada juga resiko kesehatan: tidak ada yang tahu kapan ia akan sakit, apalagi sakit keras. Orang berusaha keras untuk tidak sakit, tapi toh nyatanya penyakit bisa datang begitu saja dan membuat susah. Lebih 'ringan' (sebenarnya sama sekali tidak ringan kalau sampai terjadi) dari itu adalah resiko kecelakaan. Juga resiko mengalami cacat tubuh. Siapa yang bisa mengelak ketika hal-hal buruk ini terjadi?

Apa yang sudah terjadi, terjadilah. Kalau Bapa memanggil pulang, ya meninggallah. Bagi yang mengalami kematian, urusan di dunia ini sudah selesai, berakhir. Tapi, bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan?
Bagaimana dengan urusan dan hutang dan segala macam tanggungan lainnya?
Betapa kasihannya keluarga yang ditinggalkan, karena mereka harus menanggung beban. Yang meninggal sudah tidak tahu apa-apa, tetapi keluarga yang masih hidup harus menderita karena kematian itu! Coba renungkan: apa yang akan keluarga kita alami di saat kita tidak lagi bisa mengasuh dan menjagai mereka?

Saya adalah seorang suami, juga seorang ayah dari dua anak yang masih kecil.
Bagaimana dengan mereka jika besok saya tiba-tiba dipanggil pulang oleh Bapa di Surga? Dan jika Anda berada dalam posisi yang sama, apa yang Anda lakukan?

Seperti kata rasul Paulus, jika kita memang benar-benar rohani, takut akan Tuhan, tentu kita tidak akan bersikap tidak peduli. Kalau ada yang melakukan pelanggaran, tentu akan dibimbing kembali ke jalan yang benar. Kalau ada yang mengalami pencobaan, tentu akan saling menjagai! Kita menemukan pernyataan ini dalam surat Paulus ke jemaat di Galatia:

Gal 6:2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.

Jangan menyangka, diri kita ini begitu berarti sehingga kita mau semua orang menolong kita, sementara kita sendiri tidak mau menolong orang lain. Nah, dalam hal inilah kita bisa menemukan prinsip dasar asuransi. Pada pokoknya, asuransi adalah suatu kontrak yang melindungi seseorang terhadap beban finansial akibat peristiwa kehilangan yang dialaminya. Asuransi dibangun dari sikap saling tolong menolong untuk menanggung beban finansial yang timbul ketika peristiwa malang terjadi.

Mengapa bisa demikian? Sistem asuransi berlandaskan pada usaha untuk MENGGABUNGKAN seluruh resiko yang mungkin terjadi terhadap suatu kumpulan, sehingga mengurangi tingkat resiko yang harus dihadapi oleh kumpulan itu.
Begini: tidak ada yang tahu berapa besar kemungkinan seseorang untuk mengalami mati muda, misalnya. Tetapi dalam kelompok, kita bisa belajar dari statistik bahwa probabilitas peristiwa mati muda adalah sekian persen dari populasi. Hal ini dalam matematika disebut hukum "bilangan besar" atau "the law of large numbers". Hukum matematika ini menyatakan bahwa kemampuan untuk memperkirakan kehilangan akan menjadi semakin besar seiring bertambah besarnya peserta.

Dalam asuransi, ada orang yang bertugas untuk mencari tahu berapa besar kemungkinan peristiwa kehilangan terjadi terhadap kelompok (orang itu disebut sebagai actuaries). Dari sana bisa dihitung berapa besaran yang patut diberikan orang, sehingga kumpulan mayoritas orang yang TIDAK mengalami peristiwa malang dapat membantu kumpulan minoritas orang yang mengalami kehilangan. Perusahaan yang beroperasi dengan mengumpulkan dana dari masyarakat dan menanggung mereka yang malang disebut sebagai perusahaan asuransi.

Jadi begitulah: dengan ikut asuransi, kita membantu mereka yang kehilangan atau mengalami musibah. Dan jika kita sendiri sampai mengalaminya, kita tahu bahwa kematian kita tidak menyebabkan beban finansial terhadap orang-orang yang kita kasihi. Demikianlah kita bertolong-tolongan menanggung beban!

Kontrak yang kita buat dengan perusahaan asuransi disebut sebagai suatu kebijaksanaan, atau bahasa ing.nya "policy". Tapi dasar orang Indonesia, kita menyebutnya sebagai "polis" yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan polisi. Dalam polis ada ORANG YANG TERTANGGUNG, yaitu nama individu yang dijagai oleh kontrak; sekiranya sesuatu terjadi atas diri orang itu, maka perusahaan asuransi akan memberikan dana finansial sesuai kontrak/polis. Besarnya dana finansial bervariasi tergantung dari negosiasi pada waktu menyusun polis, di mana dana itu disebut UANG PERTANGGUNGAN.

Di pihak lain, seorang tertanggung atau keluarganya berkewajiban untuk memberikan dana secara rutin sebagai bentuk keikutsertaan dalam proses bertolong-tolongan ini. Inilah yang disebut dengan PREMI (atau ing.nya
premium) yang harus disetorkan secara berkala sampai waktu tertentu.
Begitulah, pada teorinya sistem asuransi ini baik dan perlu. Asuransi tidak hanya diberikan terhadap diri seseorang, tetapi bisa juga terhadap aset seperti mobil, motor, atau gedung.

Semakin besar resiko yang ditanggung, akan semakin besar pula premi yang harus dibayarkan. Begitulah yang sewajarnya. Tetapi sayang, dalam pelaksanaannya tidaklah seideal itu, atau sejelas itu. Apakah kita bisa melihat celahnya?

Perusahaan asuransi mendapatkan untung jika seseorang dengan resiko kecil bersedia untuk menempatkan premi yang besar demi melindungi resiko yang kecil itu. Bayangkan satu contoh, di mana seorang yang kaya raya, sehat walafiat, selalu menjaga makanannya dengan yang bergizi seimbang, selalu rajin berolah raga, tidak melakukan aktivitas yang membahayakan keselamatan dan kesehatan. Seorang yang sehat dan pandai menjaga kesehatan. Dan dia orang kaya.

Maka, pada suatu hari datanglah seorang agen asuransi dan menawarkan padanya asuransi kesehatan, memastikan bahwa dia akan mendapatkan kamar rumah sakit yang terbaik dan dokter paling top dan seterusnya, yang mahal bukan main, sehingga membutuhkan uang pertanggungan yang besar. Untuk itu, orang kaya tadi harus bersedia pula mengeluarkan premi yang besar, yang --dalam pokok asuransi kesehatan-- akan hilang bilamana tidak dipergunakan. Bayangkan, orang kaya ini membeli polis asuransi kesehatan tadi. Apa yang terjadi?

Karena kehidupannya sehat, resiko kesehatannya rendah, sehingga dia tidak pernah masuk rumah sakit. Semua ketakutan mengalami sakit ternyata tidak pernah terjadi, maka perusahaan asuransi tidak pernah harus menanggung orang kaya ini. Sebaliknya, karena terikat kontrak maka orang kaya ini harus memenuhi kewajibannya membayar premi setiap bulan, atau setiap tahun. Lebih parah lagi, uangnya hilang begitu saja.

Dan kalau mau tahu, saya sudah mengalaminya sendiri, di mana saya begitu kaya sehingga bisa membayar Rp 35.000 tiap bulan untuk asuransi kesehatan yang menanggung biaya rumah sakit, padahal saya berada dalam perlindungan Tuhan sehingga tidak pernah harus masuk rumah sakit. Dan saya sudah mengikuti asuransi itu selama empat atau lima tahun. Coba hitung berapa uang yang lenyap begitu saja, ketika saya akhirnya mengakhiri polis kesehatan saya.

Hehehe...saya tentu saja bukanlah seorang yang kaya, tetapi pengalaman asuransi kesehatan itu membuka pikiran saya. Apa yang salah? Apakah asuransi salah?

Tidak, sistem asuransi benar. Perusahaan asuransi, jika dikelola dengan baik, juga benar. Yang salah adalah oknum agen-agen yang mengerjakannya, karena mereka mendapatkan komisi dari setiap premi yang diperoleh. Semakin besar premi yang dibayarkan, semakin besar pula komisi mereka. Alhasil, banyak agen (yang buruk, tentu saja) berupaya agar orang membeli polis dengan premi sebesar-besarnya, tanpa melihat lagi seperti apa tingkat resiko yang dialami oleh pembeli polis. Hal ini dimungkinkan, karena masih sangat banyak yang tidak memahami asuransi, dan tidak kurang banyaknya orang yang tidak tahu untuk apa ia membeli polis asuransi.

Coba pertimbangkan dan selidiki: bukankah banyak di antara kita yang membeli polis karena "tidak enak pada teman/saudara"? Berapa banyak yang membeli polis hanya karena hubungan persahabatan dan persaudaraan? Atau lebih parah lagi, membeli polis agar tidak lagi dirongrong oleh agen asuransi yang bandel dan keras kepala? Bila begitu caranya membeli polis, maka di dalamnya sama sekali tidak ada pemahaman untuk bertolong-tolongan. Juga tidak ada rencana untuk menjamin masa depan!

Jadi bagaimana, masihkah orang harus membeli polis asuransi, padahal ia sendiri tidak menghadapi resiko yang dipahaminya? Misalnya, semua orang tentu tahu bahwa diri kita memiliki resiko mati muda. Tetapi, siapa yang tahu berapa besar resiko yang dihadapi itu? Berapa besar probabilitasnya kita, sebagai individu, akan mati muda?

Padahal, kita sendiri masih ingin dilindungi. Kita juga ingin bertolong-tolongan menanggung beban. Lalu bagaimana?

Pikirkanlah tentang PREMI yang dibayarkan secara periodik itu. Pembayaran premi pada asuransi tradisional selalu meliputi jangka waktu yang panjang, bertahun-tahun lamanya. Asuransi sendiri pada umumnya meliputi jangka waktu yang panjang, hingga puluhan tahun. Sekarang, mari kita pikirkan.

Jika saya bisa memberikan uang saya sebagai suatu INVESTASI, di mana hasil dari investasi itu kemudian dibayarkan sebagai PREMI, maka saya tidak lagi perlu membayar premi, bukan? Dan mari kita pikirkan kembali tentang asuransi sebagai usaha KOLEKTIF untuk menanggung resiko bersama-sama. Jika secara kolektif pula investasi dilakukan, bukankah hasilnya bisa dipakai untuk asuransi?

Dalam pilihan investasi, ada suatu bentuk yang menerima investasi secara kolektif untuk diputarkan dan menghasilkan keuntungan. Bentuk itu disebut sebagai REKSA DANA, atau disebut juga MUTUAL FUND. Pada prinsipnya, pengelola reksa dana akan menerbitkan sebuah prospektus, di mana ia menyatakan akan mengelola uang sekian banyak (sampai triliunan) yang dibagi-bagi dalam banyak sekali unit. Katakanlah misalnya, pengelola reksa dana mengeluarkan prospektus untuk memutarkan uang 1 triliun, yang dibagi menjadi 1 milyar unit, di mana setiap unitnya bernilai seribu rupiah. Orang bisa menginvestasikan dananya dengan membeli unit-unit itu, di mana kemudian uangnya diputarkan oleh pengelola, yang disebut juga MANAJER INVESTASI.
Kalau ada untung, maka hasil keuntungan akan dibagikan dalam unit-unit, sehingga mereka yang tadinya membeli satu unit seharga Rp. 1000, mungkin kini nilai unitnya sudah menjadi Rp. 1200.

Bagaimana manajer investasi memutarkan uangnya? Ada berbagai macam cara.
Bisa dibelikan saham, yang sangat beresiko tetapi juga bisa sangat menguntungkan. Bisa dibelikan obligasi, baik jangka pendek atau panjang.
Bisa diputarkan di pasar uang. Semakin beresiko, semakin tinggi pendapatannya (atau kerugiannya). Jika tidak mau ambil resiko, manajer investasi akan memasukkan ke obligasi pemerintah yang akan memberikan pendapatan pasti dan tetap. Itulah manajer investasi: mereka ahli sekali dalam memutarkan uang dan menggarap investasi, jauh lebih pandai daripada kita-kita yang awam.

Yang perlu diketahui, reksa dana itu sendiri merupakan investasi yang berjangka menengah dan panjang, yang seperti asuransi, juga meliputi waktu bertahun-tahun, bahkan sampai puluhan tahun. Nilai unit reksa dana bisa turun-naik dalam periode pendek, tetapi dalam jangka panjang dapat memberikan hasil yang besar, melebihi bunga yang diberikan deposito.
Sayangnya, reksa dana biasanya membutuhkan nilai investasi yang tidak kecil.
Kalau di contoh ini satu unit hanya seribu rupiah, dalam kenyataannya satu unit bisa berharga ratusan ribu, bahkan jutaan. Tidak semua orang mampu membeli unit reksa dana, apalagi yang dikelola oleh manajer investasi bertaraf internasional. Contohnya adalah SCHROEDER, mereka pada tahun 2005 mengelola uang sampai 9 triliun (paling banyak di indonesia), dan berhasil membukukan keuntungan hingga 13%! Dan patut pula dicatat, bahwa sepanjang tahun 2005, dari 50 manajer investasi teratas, hanya 13 saja yang membukukan keuntungan.

Nah, bagaimana semua urusan reksa dana ini berkaitan dengan asuransi?

Sejak beberapa tahun lalu, perusahaan asuransi mulai mengeluarkan produk yang disebut UNIT LINK. Pada dasarnya unit link ini adalah penggabungan antara asuransi jiwa dengan investasi seperti reksa dana. Jadi, unit link dasarnya adalah polis asuransi jiwa; orang memperoleh perlindungan finansial bila sesuatu terjadi pada dirinya. Seperti asuransi jiwa tradisional, di sana orang akan mendapatkan uang pertanggungan bila meninggal, sebaliknya juga berkewajiban membayar premi.

Tetapi, di sini ada perbedaannya.

Dalam unit link, premi yang dibayarkan tidak hanya mengendap saja, melainkan akan diinvestasikan dalam unit-unit, seperti pada reksa dana. Biasanya pengaturan dilakukan sedemikian, sehingga untuk tahun-tahun awal preminya masuk sebagai pertanggungan asuransi, tetapi setelah itu menjadi bagian investasi. Kenapa begitu? Karena perusahaan asuransi masih harus membayar agen-agennya, yang akan menerima komisi dari setiap kontrak yang dibuat, di tahun awal polis.

Sebagai peserta asuransi, di tahun pertama akan terasa sama saja seperti asuransi tradisional lainnya. Tetapi setelah itu, akan timbul perbedaan.
Premi yang dibayarkan kini mulai terbagi antara premi untuk asuransi (kadang disebut premi target) dengan investasi pada unit. Bahkan di tahun-tahun selanjutnya (kalau pembayarannya panjang), premi yang dibayarkan seluruhnya menjadi investasi! Pengaturan premi menjadi terpisah antara PREMI dan INVESTASI, yang seharusnya dijelaskan dengan baik kepada nasabah sebelum polis ditanda tangani. Orang bisa membayar seluruhnya premi, namun juga bisa mulai menempatkan investasi sejak awal.

Dengan demikian, pembeli unit link bukan saja menjadi peserta asuransi, melainkan juga menjadi investor. Periode asuransi dan reksa dana sama-sama panjang, jadi nilai investasi yang diberikan juga akan berbunga-bunga setelah melewati waktu sekian belas tahun. Bahkan dengan pengaturan ini, premi asuransi yang biasanya harus dibayarkan rutin, kini dapat dibayarkan oleh hasil investasi. Dengan membeli unit link, orang tidak lagi harus membayar hingga 10 atau 20 tahun! Cukup membuat kontrak selama beberapa tahun saja, selebihnya sebagian hasil investasi akan menutupi kebutuhan premi asuransinya.

Bagusnya pula, hasil investasi itu sendiri besarnya hampir menyamai hasil hasil reksa dana. Memang reksa dana masih lebih besar karena tidak terpotong biaya asuransi, tetapi bukankah kita bisa menikmati asuransi jiwa berjangka panjang hanya dengan membayar dalam jangka pendek? Dan hasilnya masih lebih besar daripada investasi tradisional, seperti di deposito bank yang besaran bunganya dipatok tidak bisa lebih dari bunga yang ditetapkan LPS (lembaga penjaminan simpanan), sekitar 12%-an. Lebih bagus lagi, orang tidak harus membeli unit yang harganya mahal. Hanya dengan beberapa ratus ribu sebulan selama beberapa tahun, orang bisa menikmati unit link dan hasilnya!

Apa yang bisa dinikmati? Hasil investasi unit link menjadi semacam tabungan bagi para nasabah. Jika Anda mengambil unit link, Anda bisa merencanakan untuk mengambilnya pada waktu-waktu tertentu seperti untuk biaya anak masuk sekolah. Atau kita mau merencanakan untuk dana pensiun, jika pada suatu hari nanti kita tidak lagi bisa bekerja. Atau untuk dana anak kita kelak, jika ia sudah berumur 30 tahun dan ingin memulai usahanya sendiri yang membutuhkan cukup banyak modal. Semuanya itu diperoleh dan kita tetap diproteksi oleh asuransi jiwa, yang bisa ditambahkan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, dsb. Penambahan asuransi disebut RIDER yang nilainya tergantung dari apa yang mau diproteksi. Kalau besaran investasinya sudah cukup, penambahan rider bisa diambil dari hasil investasi -- kita tidak perlu menambah bayaran apa pun lagi.

Pengaturannya begitu fleksibel, pemakaiannya sebebas apa pun yang diijinkan imajinasi kita (yang, semoga tetap bijaksana dan tidak liar dan tetap bergantung hanya kepada Tuhan).

Kalau semuanya terdengar begitu bagus, ingat-ingatlah untuk tetap berharap hanya kepada TUHAN, bukan pada investasi dan asuransi. Karena dari sekian banyak kebaikan itu, pahamilah bahwa ada juga yang harus diperhatikan.

Yang pertama, adalah tentang melihat bagaimana perusahaan asuransi itu mengatur komposisi antara asuransi dengan investasinya. Berapa banyak yang diminta untuk asuransi, dan berapa banyak yang diminta untuk investasi? Ada perusahaan asuransi penjual unit link yang pernah mematok besaran 60% asuransi dan 40% investasi. Jadi, jelas bahwa orang masih harus lebih besar memasukkan dana ke asuransi daripada investasinya. Mengapa demikian? Karena, perusahaan asuransi masih tetap mencari keuntungan lewat premi asuransi.
Dari premi asuransilah para agen mendapatkan komisi, masuk dalam kompetisi antar agen asuransi, dan mendapatkan bonus-bonus. Kenapa harus diperhatikan?
Karena, jika kebanyakan masuk ke premi asuransi, maka investasinya tidak lagi optimal.

Ingatlah, bahwa sementara sistemnya baik, agen yang buruk bisa menimbulkan kerugian berupa kehilangan kesempatan memperoleh hasil investasi. Jadi, kini para nasabah harus mau tahu apa yang mereka beli, mengapa dibeli, dan bagaimana pengaturannya secara mendetail. Jangan lagi membeli hanya karena sungkan pada teman! Telitilah, hitunglah, bandingkanlah, dan pahamilah!

Pertimbangan yang kedua adalah seberapa jauh nilai premi asuransi ditarik dari premi yang dibayarkan oleh nasabah. Begini, untuk menjalankan operasinya, perusahaan asuransi cenderung memanjangkan waktu premi asuransi daripada investasi. Jika kita membayar 8 tahun, misalnya, banyak perusahaan yang mengambil 4 (atau lebih) pembayaran sebagai pokok asuransi, baru sisanya menjadi investasi. Hal seperti ini seringkali tidak dipahami oleh nasabah, yang berpikir bahwa pembagian asuransi dan investasi akan selalu sama sepanjang waktu bayarnya. Padahal tidak! Semakin cepat premi menjadi investasi, semakin baik bagi nasabah.

Pertimbangan yang ketiga adalah tentang kepercayaan. Apakah perusahaan itu bisa dipercaya? Investasi bukanlah hal yang mudah. Jika pada 2005 dari 50 perusahaan manajer investasi terbesar, hanya untung 13 perusahaan, maka artinya ada 37 perusahaan manajer investasi besar yang merugi! Kerugian mereka ini jelas akan berdampak pada nasabah, bahkan juga pada pembeli unit link. Kita perlu tahu kejujuran DAN kepandaian perusahaan asuransi dan manajer investasinya, sehingga kita betul-betul terlindungi dalam jangka panjang.

Susahnya, tidak banyak agen yang mengungkapkan hal-hal ini dengan terbuka.
Dan karena kurangnya pengetahuan, banyak pula nasabah yang tidak bertanya dengan jelas dan mendetail. Tapi, mudah-mudahan dengan membaca artikel ini, teman-teman mempunyai sedikit bahan untuk bertanya lebih jauh.

Dan memang hanya sedikit, karena sebenarnya tidak mungkin menjelaskan secara mendetail dalam sebuah posting. Dan sejujurnya pula, mohon maaf jika penjelasan di atas masih jauh dari memberikan kejelasan. Jika masih ada teman-teman yang ingin penjelasan lebih lanjut, silakan hubungi saja via japri. Atau, kalau ada teman yang tinggal di Bandung, mungkin kita bisa bertemu untuk memberikan gambaran yang lebih jauh dan mendalam tentang mendapatkan unit link.

Sekali lagi, saya tidak bermaksud untuk berpromosi, tetapi sekarang ini saya yakin bahwa saya dan istri telah bergabung dengan perusahaan asuransi yang paling baik dalam memberikan produk asuransi unit link di Indonesia. Nah, saya pun akan berusaha menjadi agen yang baik untuk memberikan solusi bagi masa depan teman-teman sekalian...bukankah kita memang sudah seharusnya saling bertolong-tolongan?